cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Kecantikan, Cinta, dan Dedikasi Umi Wahida: Dari Singapura Untuk Indonesia

Berpindah kewarganegaraan dari Singapura untuk Indonesia, Umi Wahida, seorang wanita cantik inspiratif dengan kecerdasan dan kebijaksanaan luar biasa, memperlihatkan bagaimana cinta dan dedikasi pada suami serta pendirian pesantren telah mengubah hidupnya dan menginspirasi banyak orang.

Meski menghadapi tantangan, Umi Wahida tak pernah menyerah. Ia menjadikan pendidikan dan biaya hidup gratis untuk sekitar 15.000 santri sebagai cita-citanya. Dengan tekad bulat, beliau berusaha menyediakan 7 ton beras dan kebutuhan lainnya setiap harinya. Dedikasinya yang tak kenal lelah mengilhami santri-santrinya, dan berbagai prestasi internasional pun berhasil diraih.

Profil Singkat Umi Wahida 

Wanita cantik ini kerap dipanggil Umi Wahida istri dari Alm yarhamuh al-Habib Saggaf bin Mahdi Bin Syekh bin Abu Bakar bin Salim, Parung Bogor Jawa Barat. 

Pada usia muda 21 tahun, Umi Wahida bermimpi bertemu Rasulullah SAW, dan pesan dari mimpi tersebut mengubah hidupnya. Ia menyadari bahwa kesetiaan pada suami merupakan kunci utama dalam kehidupan, bukan hanya dalam ibadah dan amalan. Beliau pernah bercerita:

"Saya bermimpi bertemu Rasul bukan karena ibadah saya yang rajin, bukan karena sholat tahajjud tiap malam, bukan karena sering puasa melainkan karena patuh & taat pada suami saya..."

Waktu itu beliau merasa di Indonesia hanya seperti pembantu, menemani dakwah sang habib ke daerah sekitar bogor kalo di rumah hanya mengerjakan pekerjaan rumah saja, ya nyuci baju, masak, nyuci piring, dll..

Suatu hari beliau sempat mengeluh & hendak kabur balik ke Singapore negara beliau berasal, sehabis nyuci beliau masuk kamar dan menyusui anak ke 3 nya habib Muhammad kecil namun beliau ketiduran.

Dalam tidurnya, beliau bermimpi melihat Rasulullah SAW yg membelah roti maryam & memberikan kepada Umi Wahida yang tertegun tanpa bicara melihat Rasulullah, kemudian Rasulullah memakan roti tersebut setelah selesai makan, Rasulullah menaikkan jubahnya mengusapkan tangannya.

Seketika Umi teringat kepada suaminya yang setiap habis makan beliau juga menyingsingkan jubahnya & melakukan hal yg sama seperti Rasulullah, dimana setiap habib melakukan seperti itu beliau selalu su'uzzhon kepada habib seraya mengatakan "jorok". Lalu Rasulullah pergi, seketika Umi terbangun & Habib masuk kamar menanyakan, "Ada apa?"

Umi menjawab saya baru bermimpi bertemu Rasulullah & sang habib pun membenarkan bahwasanya itu memang Rasulullah SAW.

Rahasia kecantikan Umi Wahida 

Kecantikan Umi Wahida ternyata datang dari dalam hati dan kehidupan yang sederhana. Beliau mengaku lebih sering berada di sawah daripada di salon. Pesan kecantikan sejatinya adalah tentang keikhlasan dan ketulusan dalam berbuat baik bagi orang lain.

Sikap patuh dan saling mendukung antara suami dan istri adalah kunci kebahagiaan keluarga. Umi Wahida memberikan pesan kepada istri-istri zaman sekarang untuk mencari ridho suami dan menjadikannya prioritas utama. Ia menekankan pentingnya berdandan untuk suami, bukan untuk orang lain, dan memperingatkan agar tidak terbalik dalam prioritas kehidupan.

Beliau berkata, "Saya itu malah sering ke sawah & jarang ke salon".

Pesan beliau kepada istri-istri zaman sekarang, "patuhlah kepada suamimu, carilah ridhoNya jangan buat suamimu marah, ijinlah kepada suamimu ketika hendak keluar rumah, berdandanlah untuk suamimu jangan berdandan untuk orang lain, kebanyakan jaman sekarang justru terbalik".

Dedikasi Umi Wahida untuk pesantren Nurul iman dan para santri

Beliau adalah Seorang yang berpindah kewarganegaraan dari Singapura yang serba makmur ke pelosok Parung, Bogor, demi mengelola Pesantren dan menggratiskan pendidikan serta biaya hidup sekitar 15.000 santri. Setiap hari ia mesti berpikir keras untuk menyediakan 7 ton beras serta kebutuhan lainnya.

Cita-citanya mulia, ingin menjadikan Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School yang dikelolanya itu sebagai moda pendidikan Gratis dan berkualitas. Agar menjadi contoh bagi siapapun termasuk pemerintah kita.

Ini terbukti dengan beragam prestasi Internasional yang berhasil diraih santri-santrinya. Kehebatannya kian nampak manakala ditinggal wafat sang suami, Al-Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim beberapa tahun silam. Ia menjadi wanita mandiri yang tak hanya berhasil menghidupi dan mendidik 7 anaknya, namun juga ribuan santrinya hingga kini.

Kisah inspiratif Umi Wahida menjadi contoh bagi banyak orang, termasuk pemerintah. Keinginannya untuk menjadikan pendidikan gratis dan berkualitas di pesantren yang dikelolanya menjadi model yang patut diikuti.

Kehilangan sang suami beberapa tahun lalu tidak menghentikan semangat Umi Wahida. Wanita tangguh ini berhasil menjadi ibu yang tangguh bagi tujuh anaknya dan ribuan santri yang masih dibinanya dengan penuh kasih sayang dan dedikasi.

Kisah Umi Wahida mengingatkan kita pada sabda Rasulullah SAW yang mengajarkan untuk memberi manfaat bagi sesama manusia dengan kemampuan yang kita miliki. Semoga kisahnya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk mencintai, menghormati, dan saling memberi manfaat dalam menyatukan bangsa.

SubhanAllah... Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad...

Mari kita bagikan kisah ini kepada orang lain untuk semakin banyak orang yang terinspirasi. Syukron..

Sumber : Guz Zimam Pekalongan.

close