Mengapa Para Salaf Lebih Memilih Tidak Terkenal?

Daftar Isi

Simak kisah-kisah inspiratif tentang para salaf yang lebih memilih untuk tidak terkenal dan tidak bergantung pada tokoh-tokoh. Pelajari sikap mereka yang zuhud, ikhlas, dan percaya kepada Allah.

Ada sebuah kisah menarik tentang seorang ulama salaf yang bernama Ibnul Mubarak. Dia adalah seorang yang sangat alim dan zuhud, namun tidak banyak orang yang mengenalnya. Suatu hari, dia pergi ke sebuah tempat dimana ada sumber air yang banyak diminati oleh orang-orang. Dia pun ikut mengantri untuk mendapatkan air tersebut, namun dia harus bersabar karena orang-orang saling berebut dan mendorong. Setelah mendapatkan air, dia berkata kepada temannya, al-Hasan al-Bashri, “Inilah akibat dari tidak terkenal dan tidak dihormati.”

Tidak Ingin Populer Demi Keikhlasan

Kisah di atas menunjukkan bagaimana para salaf lebih memilih untuk tidak terkenal dan tidak mengharapkan penghormatan dari manusia. Mereka tidak tertarik dengan gemerlap dunia dan kedudukan yang tinggi. Mereka lebih fokus untuk mengabdi kepada Allah dan membersihkan hati mereka dari riya dan ujub. Mereka sadar bahwa keikhlasan adalah kunci dari kesempurnaan amal.

Salah satu tokoh tasawuf terkenal, Ibnu Atha’illah as-Sakandari, mengatakan dalam kitab al-Hikam:

"Tanamlah wujudmu dalam bumi ketidakterkenalan, karena sesuatu yang tumbuh dari apa yang tidak ditanam, hasilnya tidaklah sempurna."

Maksudnya adalah bahwa kita harus menyembunyikan amal-amal kita dari pandangan manusia, agar kita tidak tergoda untuk mencari pujian atau pengakuan dari mereka. Karena jika kita terlalu menonjolkan diri kita, maka kita akan mudah terjebak dalam kesombongan dan kebanggaan diri, yang akan merusak amal kita.

Tidak Bergantung Pada Tokoh-Tokoh

Para salaf juga tidak bergantung pada tokoh-tokoh atau orang-orang berpengaruh untuk menyelesaikan urusan mereka. Mereka lebih mengandalkan pada Allah dan usaha mereka sendiri. Mereka tidak mau menggunakan agama mereka sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan dunia.

Sebaliknya, di zaman kita sekarang ini, banyak orang yang mencari-cari tokoh-tokoh atau orang-orang berpengaruh untuk mempermudah urusan mereka. Mereka mengabaikan profesionalisme dan kualitas kerja, asalkan ada orang yang bisa membantu mereka. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya kepercayaan kita kepada Allah dan betapa rendahnya harga diri kita.

Ada sebuah kisah lain tentang Ibnul Muhairiz, seorang tabi’in yang sangat zuhud. Dia pergi ke sebuah toko untuk membeli baju dengan uang yang sedikit. Ketika pemilik toko mengetahui siapa dia, dia ingin memberikan harga murah kepada Ibnul Muhairiz. Namun Ibnul Muhairiz marah dan berkata, “Saya membeli dengan uang saya, bukan dengan agama saya.”

Kesimpulan

Dari kisah-kisah di atas, kita bisa belajar tentang sikap para salaf yang lebih memilih untuk tidak terkenal dan tidak bergantung pada tokoh-tokoh. Mereka memiliki keikhlasan yang tinggi dalam beramal dan memiliki kepercayaan yang kuat kepada Allah. Mereka juga memiliki harga diri yang tinggi dan tidak mau menjual agama mereka demi dunia.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari mereka dan meneladani sikap mereka. Semoga kita bisa menjadi orang-orang yang zuhud dan ikhlas dalam beramal, serta tidak tergoda oleh pujian atau penghormatan manusia.

Sumber referensi :Republika.co.id dan Kitab al-Hikam karya Ibnu Atha’illah as-Sakandari

Posting Komentar