Kisah dua istri nabi yang diceritakan dalam Al-Qur'an sebagai contoh wanita yang membangkang terhadap ajaran suami mereka, dan akibat dari pembangkangan tersebut di akhirat.
Dalam sejarah Islam, tidak semua istri nabi dikenal sebagai wanita yang taat dan berbakti kepada suaminya. Faktanya, ada dua istri nabi yang justru membangkang dan bertindak melawan ajaran yang disampaikan oleh suaminya, sehingga dijanjikan masuk neraka.
Meskipun memiliki kedudukan mulia sebagai istri nabi, kedua wanita ini tidak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tuntunan agama. Siapa mereka dan mengapa perilaku mereka dianggap sebagai pembangkangan yang berakibat pada hukuman yang berat di akhirat? Tulisan ini akan membahasnya lebih dalam.
Mengapa Istri Nabi Dapat Dihukum Masuk Neraka?
Kedudukan seorang istri nabi dalam Islam memang sangat mulia, namun hal ini tidak menjamin keselamatan mereka jika mereka tidak taat pada perintah Allah.
Kisah dua istri nabi yang dijanjikan neraka dalam Al-Qur'an menjadi pelajaran penting bahwa hubungan keluarga dengan utusan Allah tidak menjamin keselamatan di akhirat jika iman dan perbuatan tidak sejalan dengan ajaran-Nya.
Kisah Istri Nabi Nuh
Salah satu contoh istri yang durhaka meskipun memiliki suami yang saleh adalah istri Nabi Nuh. Ia menolak ajaran yang disampaikan oleh Nabi Nuh, sehingga ikut tenggelam dalam peristiwa banjir besar.
Kisah ini tercatat dalam Surah At-Tahrim ayat 10, yang juga menyebutkan istri Nabi Luth yang durhaka kepada suaminya.
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ
"Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): 'Masuklah ke dalam jahanam bersama orang-orang yang masuk (neraka jahanam)'." (QS. At-Tahrim: 10).
Istri Nabi Nuh tidak hanya menolak keimanan, tetapi juga melibatkan dirinya dalam kekufuran yang akhirnya membuatnya ikut terseret dalam hukuman banjir besar. Ketidaktaatannya menjadi simbol bahwa kedekatan dengan nabi tidak bisa menyelamatkan seseorang dari azab Allah jika mereka sendiri tidak beriman.
Anak Nabi Nuh yang Membangkang
Tidak hanya istri Nabi Nuh, anaknya pun juga membangkang kepada bapaknya. Dalam surah Hud ayat 43, Allah menggambarkan bagaimana anak Nabi Nuh menolak untuk naik ke bahtera, yang pada akhirnya membuatnya hanyut dalam banjir besar bersama orang-orang yang tidak beriman.
قَالَ سَاٰوِيْۤ اِلٰى جَبَلٍ يَّعْصِمُنِيْ مِنَ الْمَآءِ ۗقَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنْ رَّحِمَ ۗوَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِيْنَ
"Anaknya menjawab 'Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!', Nuh berkata 'Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang'. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan." (QS. Hud: 43).
Kisah Istri Nabi Luth
Seperti yang telah disebutkan dalam Surah At-Tahrim ayat 10, istri Nabi Luth juga merupakan contoh wanita yang durhaka kepada suaminya dan menolak untuk beriman. Istri Nabi Luth justru menjadi perantara bagi kaum Sodom dalam usaha mereka menggagalkan dakwah suaminya. Sikap ini menjadi sebab mengapa ia juga mendapatkan hukuman berat dari Allah.
Allah menimpakan azab berupa gempa bumi, tanah longsor, dan hujan batu kepada kaum Sodom. Sebelum azab tersebut turun, Nabi Luth diminta untuk membawa orang-orang yang beriman bersamanya, namun Allah melarangnya untuk mengajak istrinya yang durhaka. Kisah ini dijelaskan dalam Surah Hud ayat 81.
قَالُوْا يٰلُوْطُ اِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوْۤا اِلَيْكَ فَاَسْرِ بِاَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ الَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ اَحَدٌ اِلَّا امْرَاَتَكَ ۗاِنَّهٗ مُصِيْبُهَا مَاۙ اَصَابَهُمْ ۗاِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۗاَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيْبٍ
"Para utusan (malaikat) berkata: 'Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?'" (QS. Hud: 81).
Pembelajaran dari Kisah Istri Nabi Luth
Kisah istri Nabi Luth menjadi peringatan penting bahwa iman adalah hal yang sangat pribadi dan tidak dapat diwariskan atau diberikan oleh orang lain, bahkan jika seseorang menikah dengan nabi sekalipun. Pembangkangan terhadap ajaran Allah dan bantuan kepada kaum yang durhaka tidak hanya menghancurkan kaum tersebut, tetapi juga mengutuk istri Nabi Luth untuk menerima hukuman yang sama.
Kesimpulan
Kisah dua istri nabi ini memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi umat Islam. Kedekatan seseorang dengan utusan Allah tidak menjamin keselamatannya di akhirat jika dia sendiri tidak beriman dan tidak menjalankan perintah Allah. Iman adalah tanggung jawab individu, dan setiap orang akan dihakimi berdasarkan keimanan dan perbuatannya sendiri.
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini dan selalu berusaha untuk menjadi hamba yang taat kepada Allah, menjalankan perintah-Nya, serta menjauhi larangan-Nya agar terhindar dari azab yang pedih di akhirat.
Posting Komentar