Sejarah Singkat Masjid Nabawi di Madinah Mulai Zaman Rasulullah SAW Sampai Sekarang

Daftar Isi

Al-Masjid an-Nabawi, juga dikenal sebagai Masjid Nabawi, adalah salah satu situs paling signifikan dan dihormati dalam Islam. Terletak di kota suci Madinah, masjid ini adalah masjid tersuci kedua setelah Masjid al-Haram di Makkah. 

(Masjid Nabawi. Sumber foto: detikcom)

Artikel singkat ini mengeksplorasi sejarah kaya Al-Masjid an-Nabawi, evolusi arsitekturnya, dan pentingnya secara spiritual bagi umat Muslim di seluruh dunia.

Pendirian Al-Masjid an-Nabawi

Masjid Nabawi awalnya dibangun oleh Nabi Muhammad SAW pada tahun 622 M, segera setelah hijrah (migrasi) dari Makkah ke Madinah. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat komunitas, pengadilan, dan sekolah agama. Struktur awalnya sederhana, terbuat dari batu bata lumpur dan batang pohon kurma, dengan atap dari daun kurma.

Menurut sumber-sumber sejarah, Nabi Muhammad SAW secara pribadi ikut serta dalam pembangunan, meletakkan batu fondasi dan mendorong para sahabat untuk berkontribusi. 

Masjid asli ini berukuran sekitar 35 kali 30 meter, dengan tiga pintu: Bab al-Rahmah (Pintu Rahmat) di selatan, Bab Jibril (Pintu Jibril) di barat, dan Bab al-Nisa (Pintu Wanita) di timur.

Ekspansi dan Renovasi Utama

Era Kekhalifahan

Selama berabad-abad, Al-Masjid an-Nabawi mengalami banyak ekspansi dan renovasi. Ekspansi besar pertama dilakukan oleh Khalifah Umar ibn al-Khattab RA pada tahun 638 M, yang memperluas masjid untuk mengakomodasi komunitas Muslim yang berkembang. 

Kemudian, Khalifah Utsman ibn Affan RA memperluas dan memperindah masjid, mengganti tiang batang kurma dengan pilar batu dan menambahkan sebuah menara.

Kontribusi Dinasti Umayyah dan Abbasiyah

Selama periode Umayyah dan Abbasiyah, perkembangan arsitektur yang signifikan dilakukan. Khalifah al-Walid I (705-715 M) memerintahkan rekonstruksi besar-besaran, memperkenalkan desain yang lebih rumit dengan pilar marmer, atap ubin, dan mozaik yang rumit. Era ini juga melihat penambahan Kubah Hijau yang terkenal, yang menutupi makam Nabi Muhammad SAW.

Periode Ottoman

Pada periode Ottoman, masjid terus ditingkatkan dan dipelihara. Sultan Suleiman yang Agung dan kemudian Sultan Abdulmecid I melakukan renovasi besar-besaran. Yang paling menonjol adalah rekonstruksi interior masjid dan penguatan strukturnya, menjaga integritas historis dan arsitekturalnya.

Perkembangan Modern

Pada abad ke-20 dan ke-21, pemerintah Saudi telah melakukan proyek ekspansi besar-besaran untuk mengakomodasi jumlah jamaah yang semakin meningkat yang mengunjungi Madinah. 

Ekspansi terbesar dimulai pada tahun 1951 di bawah Raja Abdulaziz dan dilanjutkan oleh para penerusnya. Proyek-proyek ini telah meningkatkan kapasitas masjid menjadi lebih dari satu juta jamaah, menjadikannya salah satu masjid terbesar di dunia.

Penambahan modern termasuk fasilitas canggih seperti pendingin udara, eskalator, dan parkir bawah tanah yang luas. Meskipun ada modernisasi ini, perhatian tetap diberikan untuk menjaga esensi historis dan spiritual masjid.

Fitur Signifikan Al-Masjid an-Nabawi

Kubah Hijau

Salah satu fitur paling terkenal dari Al-Masjid an-Nabawi adalah Kubah Hijau, yang menandai tempat peristirahatan Nabi Muhammad SAW, bersama dengan sahabat terdekatnya, Abu Bakar RA dan Umar RA. Kubah Hijau telah menjadi simbol masjid dan pusat perhatian bagi para jamaah.

Ar-Rawdah

Area penting lainnya di dalam masjid adalah Ar-Rawdah, ruang antara makam Nabi dan mimbarnya. Menurut hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga." Shalat di Ar-Rawdah dianggap sangat mulia.

Menara

Masjid ini dihiasi dengan sepuluh menara yang elegan, yang tidak hanya berfungsi sebagai landmark visual tetapi juga meningkatkan suasana spiritual masjid. Adzan dari menara-menara ini bergema di seluruh Madinah, mengundang jamaah untuk berkumpul.

Mengunjungi Al-Masjid an-Nabawi

Bagi umat Muslim di seluruh dunia, mengunjungi Al-Masjid an-Nabawi adalah perjalanan spiritual yang mendalam. Jamaah melakukan berbagai ibadah, termasuk shalat lima waktu, doa, dan mencari berkah di makam Nabi. Masjid ini buka 24 jam sehari, menyediakan lingkungan yang tenang dan menyambut bagi para jamaah.

Untuk informasi lebih lanjut tentang mengunjungi Al-Masjid an-Nabawi dan situs suci lainnya, Anda bisa merujuk pada panduan rinci kami tentang Haji dan Umrah.

Kesimpulan

Al-Masjid an-Nabawi berdiri sebagai saksi dari warisan abadi Nabi Muhammad SAW dan pengabdian umat Muslim sepanjang sejarah. Sejarahnya yang kaya, keindahan arsitekturnya, dan signifikansinya secara spiritual menjadikannya tujuan yang dihargai bagi jutaan umat beriman. 

Dengan memahami sejarahnya dan upaya terus-menerus untuk melestarikan dan memperluasnya, para jamaah dapat memperdalam apresiasi dan hubungan mereka dengan masjid suci ini.

Posting Komentar