Benarkah Bahasa Arab Menjadi Bahasa Surga? Antara Mitos dan Realitas

Daftar Isi

"Jelajahi misteri bahasa surga: Apakah bahasa Arab adalah bahasa kekal di surga? Temukan pandangan ulama dalam artikel mendalam ini."

Surga dan Bahasanya yang Misterius

Surga, yang dijanjikan sebagai hadiah akhirat bagi mereka yang beriman, selalu menjadi topik yang menarik dan penuh misteri. Salah satu aspek yang sering menjadi bahan diskusi adalah bahasa yang digunakan oleh penghuninya. Apakah benar bahasa Arab yang menjadi lingua franca di surga?

Surga dalam Islam: Definisi dan Deskripsi

Dalam Islam, surga disebut dengan 'jannah' atau 'jannat', yang berarti kebun atau taman. Surga digambarkan sebagai tempat yang indah dan mempesona, sebuah konsep yang dijelaskan dalam Al-Qur'an dan hadits.

Hadits dan Ayat: Jendela Menuju Surga

Beberapa hadits dan ayat Al-Qur'an memberikan gambaran tentang surga. Misalnya, dalam surah Ali 'Imran ayat 133, surga digambarkan sebagai tempat yang luasnya seperti langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

Artinya: "Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,"

Bahasa Arab: Bahasa Surga?

Salah satu hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA mengungkapkan bahwa bahasa yang digunakan penduduk surga adalah bahasa Arab. Hadits tersebut mengatakan,

أحبوا العرب لثلاث لأني عربي ، والقرآن عربي ، وكلام أهل الجنة عربي

Artinya: "Cintailah Al Arab karena tiga hal. Karena aku terlahir di Arab, karena Al-Qur'an berbahasa Arab, dan karena bahasa ahli atau penduduk surga adalah bahasa Arab." (HR Thabrani)

Namun, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama muhadditsin mengenai status hadits tersebut. Menurut Imam Uqoilu dalam Ad Dhu'afa yang diterjemahkan Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB dalam buku Tanya Jawab Islam, hadits tersebut hasan li ghoirihi yang berarti periwayat dinilai lemah.

Ada juga yang berpendapat hadits tersebut dhaif ringan. Namun, Imam as-Suyuthi dalam Jami'us Shaghir seperti dinukil Hafidz Muftisany dalam Fikih Keseharian, menilai hadits tersebut termasuk hadits shahih. Hal ini diperkuat dengan penjelasan hadits dalam Kitab Al Bidayah wan Nihayah yang mengutip hadits dari Ibnu Abbas tentang penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa penduduk surga.

Dalam Shifat Al-Jannah wa ma 'A'adda Allahu li Ahliha min An-Na'im karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan Ibnu Abi Ad-Dunya (edisi Indonesia terbitan Pustakan Al-Kautsar) terdapat hadits lain yang menguatkan bahwa penduduk surga menggunakan bahasa Arab. Hadits tersebut menyatakan,

"Harun bin Sufyan menuturkan kepada kami, Muhammad bin Umar mengabarkan kepada kami, Abdurrahman bin Abdil Aziz mengabarkan kepada kami, ia berkata, "Aku bertanya kepada Az-Zuhri tentang bahasa para penduduk surga. Ia menjawab, "Telah sampai kabar kepadaku bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab."

Hadits lain yang menguatkan perihal ini juga diterangkan oleh Anas bin Malik RA. Ia pernah mengutip sabda Rasulullah SAW yang menyebut bahasa Arab sebagai bahasa penghuni surga. Rasulullah SAW bersabda,

يدخل أهل الجنةِ الجنةَ على طول آدم عليه السلام ، ستون ذراعا بذراع الملك ، على حسن يوسف ، على ميلاد عيسى ثلاث وثلاثون سنة ، وعلى لسان محمد صلى الله عليه وسلم ، جرد مرد مكحلون

Artinya: "Ahli surga akan masuk ke surga dengan tingginya Nabi Adam 60 hasta dengan ukuran hasta malaikat, dengan bagusnya Nabi Yusuf (setampan beliau), dengan umurnya Nabi Isa (ketika beliau diangkat ke langit) 33 tahun, dan dengan ucapannya Nabi Muhammad (berbahasa Arab). Ahli surga itu bersih jasadnya, tampan, lagi bercelak mata (otomatis bercelak saat masuk surga)." (HR Ibnu Abi Dunya)

Adapun keindahan surga sebagai ganjaran bagi hamba-Nya yang senantiasa berbuat kebajikan salah satunya disebutkan dalam surah Muhammad ayat 15.

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ ۖ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى ۖ وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ

Artinya: "Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa; di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamar (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka...."

Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah Jilid 2 yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal menjelaskan penghuni surga merupakan orang-orang yang baik dan bersih hatinya, tanpa ada dengki dan hasad. Ini karena Allah SWT telah mencabut berbagai macam penyakit hati mereka. Hal tersebut dijelaskan pada surah Al Hijr ayat 47.

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ

Artinya: "Kami mencabut segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka. Mereka bersaudara (dan) duduk berhadap-hadapan di atas dipan."

Dikutip dari buku Fikih Keseharian karya Hafidz Muftisany, aktivitas penduduk surga sekilas digambarkan dalam surah Yasin ayat 55-58 yang memiliki arti,

اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ ۚ ٥٥ هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚ ٥٦ لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ ٥٧ سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ ٥٨

Artinya: "Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu berada dalam kesibukan (sehingga tidak sempat berpikir tentang penghuni neraka) lagi bersenang-senang. Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh sambil berbaring di atas ranjang berkelambu. Di (surga) itu mereka memperoleh buah-buahan dan apa saja yang mereka inginkan. (Kepada mereka dikatakan,) "Salam sejahtera" sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang."

Dengan begitu, bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa penghuni surga, menunjukkan keagungan dan keutamaan bahasa ini dalam Islam. Namun, penting untuk diingat bahwa keutamaan suatu bahasa tidak membuat bahasa lain menjadi rendah atau kurang penting. Setiap bahasa memiliki nilai dan keindahannya sendiri sesuai dengan konteks dan kegunaannya masing-masing.

Kesimpulan: Bahasa Surga Tetaplah Misteri

Meskipun terdapat hadits yang menyebutkan penggunaan bahasa Arab di surga, perdebatan di kalangan ulama menunjukkan bahwa topik ini masih menjadi misteri. Apakah bahasa Arab memang bahasa surga, atau apakah surga memiliki bahasa universalnya sendiri, masih menjadi pertanyaan yang menarik untuk direnungkan.

Artikel ini menawarkan pandangan yang lebih mendalam dan detail tentang konsep bahasa di surga dalam Islam, dengan menggali sumber-sumber teks agama dan perdebatan ulama. Dengan demikian, pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang topik yang kompleks dan seringkali mistis ini.

Posting Komentar