Daftar tujuh presiden Muslim yang memimpin negara dengan mayoritas penduduk non-Islam. Fakta menarik tentang toleransi dan kepemimpinan di dunia.
Di dunia modern saat ini, kepemimpinan tidak lagi semata-mata didasarkan pada kesamaan agama dengan mayoritas penduduk suatu negara. Banyak pemimpin yang berhasil memimpin negaranya dengan bijaksana meskipun mereka memiliki latar belakang agama yang berbeda dari mayoritas warganya. Artikel ini akan membahas tujuh presiden Muslim yang pernah atau sedang menjabat di negara dengan mayoritas penduduk non-Islam.
Keberagaman dalam Kepemimpinan Global
Pemilihan seorang pemimpin tidak selalu ditentukan oleh faktor agama, tetapi lebih kepada kapabilitas, visi, dan dedikasi mereka terhadap pembangunan negara. Berikut ini adalah tujuh presiden Muslim yang telah menorehkan sejarah dengan memimpin negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama non-Islam:
1. Zakir Husain (India)
Zakir Husain adalah Muslim pertama yang menjabat sebagai Presiden India dari tahun 1967 hingga 1969. India adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Hindu, dengan sekitar 80% populasinya beragama Hindu dan hanya sekitar 14% yang beragama Islam. Meskipun demikian, Zakir Husain berhasil menempati posisi tertinggi di negara tersebut.
2. Ahmadou Ahidjo (Kamerun)
Ahmadou Ahidjo adalah presiden pertama Kamerun, yang menjabat dari tahun 1960 hingga 1982. Kamerun didominasi oleh pemeluk Kristen, dengan sekitar 38,3% Katolik dan 25% Protestan, sementara umat Islam hanya sekitar 24%. Kepemimpinannya yang panjang menunjukkan bahwa toleransi dan keberagaman di dunia politik dapat berjalan harmonis.
3. Samia Suluhu Hassan (Tanzania)
Samia Suluhu Hassan menjadi presiden Tanzania sejak tahun 2021. Negara ini memiliki populasi yang sebagian besar beragama Kristen, dengan sekitar 27% Protestan dan 25% Katolik. Muslim di Tanzania hanya sekitar 20%, namun kepemimpinannya menjadi bukti bahwa kompetensi lebih penting daripada latar belakang agama dalam dunia politik.
4. Halimah Yacob (Singapura)
Halimah Yacob merupakan presiden wanita pertama di Singapura dan juga presiden Muslim pertama di negara tersebut. Singapura memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen (18,7%), sementara Muslim hanya sekitar 14%. Terpilihnya Halimah Yacob menunjukkan bahwa Singapura memiliki sistem demokrasi yang inklusif.
5. Mohamed Irfaan Ali (Guyana)
Sejak tahun 2020, Mohamed Irfaan Ali menjabat sebagai presiden Guyana, sebuah negara dengan mayoritas penduduk Kristen (64%) dan Hindu (25%). Dengan hanya sekitar 7% populasi yang beragama Islam, kepemimpinannya menunjukkan bahwa demokrasi di Guyana terbuka bagi siapa saja yang memiliki visi untuk membangun negara.
6. Bakili Muluzi (Malawi)
Bakili Muluzi adalah presiden Malawi dari tahun 1994 hingga 2004. Negara ini didominasi oleh penduduk beragama Kristen, sekitar 77,3%, sedangkan Muslim hanya sekitar 13,8%. Namun, Muluzi tetap dipercaya oleh rakyatnya untuk memimpin selama dua periode berturut-turut.
7. Noor Mohamed Hassanali (Trinidad dan Tobago)
Noor Mohamed Hassanali menjabat sebagai Presiden Trinidad dan Tobago dari tahun 1987 hingga 1997. Dengan hanya 5% populasi Muslim, mayoritas penduduk negara ini adalah Kristen (26,5% Protestan dan 21,6% Katolik). Meskipun minoritas, ia tetap berhasil menjadi pemimpin yang dihormati.
Kesimpulan
Kisah para pemimpin Muslim ini menunjukkan bahwa dalam dunia modern, keberagaman bukanlah penghalang untuk mencapai posisi kepemimpinan tertinggi. Toleransi, demokrasi, dan kepercayaan masyarakat terhadap kompetensi individu menjadi faktor utama dalam pemilihan pemimpin suatu negara.
Bagaimana menurut Anda? Apakah kepemimpinan seharusnya lebih berfokus pada kualitas individu daripada latar belakang agamanya? Tinggalkan komentar Anda di bawah!
Posting Komentar