Dapat Ijazah Amalan dari Ulama di Medsos, Bolehkah Mengamalkannya?

Daftar Isi

Di era digital saat ini, para ustadz, kyai dan para tokoh ulama banyak yang menyampaikan kajian ilmu agama melalui media sosial. Hal ini menjadi salah satu langkah untuk memudahkan dan memaksimalkan dakwah, karena diyakini lebih efektif dan efesien dalam menjangkau masyarakat.

Para ulama tersebut terkadang juga memberikan sebuah ijazah atau amalan dalam dakwahnya di medsos. Lalu, santri pun bertanya, bolehkah mengamalkan amalan yang diijazahkan oleh ulama melalui media sosial?

Menanggapi soal tersebut, Pengasuh Pesantren Tegalrejo, KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) menyebut bahwa hal itu diperbolehkan selama ulama yang memberi amalan tersebut sudah jelas silsilah keilmuannya. Media sosial seperti Youtube, Facebook, WhatsApp, dan juga buku hanya merupakan media. Yang terpenting adalah isi yang bisa dipertanggungjawabkan.

“Anda boleh belajar lewat Youtube. Asal jelas (guru dan sanadnya),” tegasnya melalui kanal YouTube Gus Yusuf yang bisa diakses oleh para santri.

Gus Yusuf menjelaskan bahwa salah satu tradisi Ahlussunnah wal Jamaah adalah menjaga dan melestarikan sanad atau silsilah keilmuan antara murid dan guru. Setiap individu harus memahami dari siapa ilmu itu didapat dan juga harus memperhatikan gurunya mendapatkan ilmu dari siapa, yang silsilah keilmuannya menyambung sampai dengan Rasulullah SAW sebagai sosok yang menjadi sumber ilmu agama Islam.

Mata rantai silsilah keilmuan inilah yang menurut Gus Yusuf menjadi sumber keberkahan. Bisa saja seseorang mendapatkan ilmu tanpa sanad namun dari sisi keberkahan patut dipertanyakan. 

Pentingnya sanad keilmuan Islam 

Gus Yusuf juga menjelaskan bahwa sanad secara bahasa adalah tempat kita berpijak. Pijakan-pijakan seperti anak tangga.

“Sanad ini diperlukan untuk menentukan kevalidan sebuah ilmu, sebuah informasi, khususnya informasi tentang agama,” imbuhnya.

Pentingnya sanad keilmuan ini, lanjut Gus Yusuf, Syekh Ibnu Mubarak menegaskan bahwa sanad adalah bagian dari agama. Andaikan tidak ada sanad keilmuan, maka niscaya orang akan mengatakan tentang agama semaunya sendiri tanpa pertanggung jawaban.

Sehingga Gus Yusuf mengingatkan masyarakat untuk membedakan antara ilmu dan informasi. Ilmu hanya didapat melalui guru yang jelas sanad keilmuannya, sementara informasi bisa didapat dari mana saja, kapan saja dan dari sumber siapa saja. Sehingga ilmu tersebut bisa dipastikan kebenarannya, dan bisa dipertanggung jawabkan sedangkan informasi belum jelas kebenarannya dan belum tentu bisa dipertanggungjawabkan.

Tiga Jenis Sanad Agama 

Dalam artikel NU Online disebutkan bahwa ada tiga jenis sanad agama di masa sekarang. Pertama, Sanad Riwȃyah atau Ijȃzah. Sanad dalam kategori pertama berupa ijazah dari seorang guru kepada muridnya berupa suatu kitab atau ilmu sebagaimana diperoleh dari guru sebelumnya. 

Sanad Riwayah tersebut sangat penting untuk menghindari tadlȋs (keterputusan sanad secara tersembunyi). Selain itu sanad dengan kategori seperti ini juga sering digunakan dalam tabarrukan (memperoleh keberkahan) dan menjaga ketersambungan riwayat ulama-ulama kontemporer dengan tokoh-tokoh ulama di masa lalu.

Ulama yang menggunakan sanad kategori pertama ini biasanya dari kalangan ahli qira’at, hadits, dan musnid (kompilator sanad) dengan suatu shigat atau kalimat dari guru kepada murid. Kalimat yang biasanya dipakai adalah “Ajaztu laka”, “Saya ijazahkan kepadamu”.

Kedua, Sanad Fikrah. Sanad dalam kategori ini diaplikasikan dengan talaqqi (belajar langsung) baik secara formal seperti sekolah, kampus, pesantren maupun informal seperti seminar, pengajian atau kursus. Bahkan untuk memperoleh sanad fikrah dapat dilakukan secara otodidak. Kendati demikian, fikrah yang didapat melalui talaqqi lebih kuat dan mantap dibandingkan melalui otodidak.

Sanad Tarbiyah dan SulÈ—k (rohani dan akhlak). Sanad Tarbiyah atau dapat disebut juga dengan suhbah (صحبة), yaitu interaksi langsung antar murid dan gurunya sehingga mewarisi kualitas spiritualnya. Sanad dengan jenis seperti ini dapat dijumpai pada ahli-ahli kalbu seperti ahli tarekat atau pesantren tradisional. 

Sanad dalam kategori ini juga lebih baik dari kategori sebelumnya, sebab dengan sanad inilah seseorang dapat mengubah akhlaknya sebagaimana akhlak Nabi, para sahabat, dan ulama salaf al-shalih. Wallahu A'lam..

Posting Komentar