Kronologi penghinaan yang dilakukan Eko Kuntadhi terhadap Ning Imaz dan dampaknya terhadap masyarakat serta pesan moral yang dapat diambil terkait penggunaan media sosial dengan bijak.
![]() |
Ning Imaz Lirboyo. Foto: NU |
Kontroversi yang Menyulut Protes
Kontroversi meletus ketika Eko Kuntadhi, seorang pegiat media sosial, mengunggah tulisan yang menghina Ning Imaz pada 13 September 2022. Eko mengunggah potongan video ceramah Ning Imaz, seorang ustazah terkenal dari Pondok Pesantren Lirboyo, dengan caption yang bernada penghinaan.
Tindakannya memicu kecaman keras dari berbagai kalangan, terutama warganet yang merasa terhina. Hal ini membawa pertanyaan besar mengenai penggunaan media sosial yang semakin bebas dan dampaknya terhadap moralitas di dunia maya.
Siapa Sebenarnya Ning Imaz?
Ning Imaz Fatimatuz Zahra, atau yang lebih dikenal dengan nama Ning Imaz, adalah seorang putri dari KH Abdul Khaliq Ridwan, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Sejak kecil, beliau telah mendalami ilmu agama, terutama di bidang fikih, yang diwarisi dari ayah dan kakeknya, Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Jampasy, pengarang kitab Siraj ath-Thalibin. Ning Imaz juga dikenal sebagai seorang hafidzah dan ahli fikih yang aktif berdakwah melalui media sosial.
Beliau adalah istri dari Gus Rifqil Muslim Suyuthi, Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikmah, Kendal. Ning Imaz sangat aktif dalam forum diskusi Bahtsul Masa'il dan menjadi pengisi kajian di kanal YouTube NU Online. Dengan latar belakangnya yang kuat dalam ilmu agama, tak heran jika ia menjadi salah satu figur yang dihormati dalam kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Kejadian yang Memicu Kontroversi
Pada 13 September 2022, Eko Kuntadhi mengunggah potongan video ceramah Ning Imaz di Twitter dengan caption yang sangat menghina. Eko menulis, "Jadi bidadari itu bukan perempuan? T***l tingkat kadal. Hidup kok cuma mimpi s*******ngan," yang tentu saja menimbulkan reaksi negatif dari banyak pihak, termasuk warganet dan tokoh agama.
Setelah menerima kecaman yang meluas, Eko Kuntadhi mencabut unggahannya dan meminta maaf. Bahkan, pihak Eko menyatakan kesediaannya untuk datang langsung ke Pondok Pesantren Lirboyo untuk meminta maaf kepada Ning Imaz dan umat Islam Indonesia yang merasa terhina.
Permintaan Maaf Eko Kuntadhi dan Reaksi Ning Imaz
Setelah melakukan pertemuan tertutup pada 15 September 2022, Eko Kuntadhi akhirnya meminta maaf kepada Ning Imaz secara langsung di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Dalam pertemuan tersebut, disepakati enam poin kesepakatan, termasuk permintaan maaf yang diterima oleh Ning Imaz setelah petunjuk dari Masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo. Eko datang bersama Guntur Romli dan diterima oleh Gus Muid, salah seorang dzurriyah Pondok Lirboyo.
Gus Rifqil, suami Ning Imaz, juga menyampaikan bahwa peristiwa ini menjadi pelajaran penting tentang moralitas dalam penggunaan media sosial. “Jangan sampai kehilangan moral hanya karena ingin viral,” tulisnya di akun Twitter pribadi.
Refleksi dan Pesan Moral dari Kasus Ini
Kasus ini memberikan banyak pelajaran tentang etika dalam berinteraksi di dunia maya. Media sosial harusnya digunakan sebagai sarana dakwah, untuk menyebarkan kebaikan dan informasi yang bermanfaat, bukan untuk menyebarkan ujaran kebencian atau menghina orang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Pondok Pesantren Lirboyo, media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan pesan kebaikan, namun juga bisa menjadi sarana yang berbahaya jika disalahgunakan.
Selain itu, kasus ini juga memperlihatkan pentingnya sikap saling menghormati antar individu, terutama dalam berinteraksi dengan orang yang memiliki latar belakang berbeda. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menjaga lisan dan perilaku, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Kesimpulan
Kontroversi ini menyoroti betapa pentingnya tanggung jawab dalam menggunakan media sosial. Sebagai platform yang memiliki dampak besar terhadap opini publik, setiap postingan dan komentar harus dipertimbangkan dengan matang.
Setiap individu harus sadar bahwa kata-kata yang kita pilih dapat mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, mari kita jadikan media sosial sebagai sarana untuk berbagi informasi yang positif dan membangun, bukan untuk menyebar kebencian.
Posting Komentar