cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Viral Ning Imaz vs Eko Kuntadhi, Tere Liye: Ayat Bidadari dan Kemunafikan Kita

Ayat-ayat tentang bidadari adalah salah-satu poin yang sering membuat agama Islam menjadi olok-olok.

Bahwa nanti kelak, "masuk surga, laki-laki Islam akan mendapatkan bidadari". Wah, wah, wah, ayat-ayat ini sejak dulu jadi bulan-bulanan para 'pembenci' Islam. Lebih-lebih sekarang, dengan medsos, lumrah sekali menemukan orang yang menertawakan soal ini. Kemana-mana komennya:  Jadi Islam itu urusan selangkangan? Syahwat belaka? Nanti masuk surga dikasih bidadari, bisa pesta sex dong? 

Terus wanita Islam dapat apa? Dikasih apa? Bukan main, lebih menohok lagi olok-olok mereka. Sangat-sangat menyakitkan komen-komen tersebut.

Lantas pertanyaannya, netizen/ orang-orang yang mengolok ini muslim atau non muslim? 

Jika dia non muslim, sungguh, dia telah melampaui urusannya. Urus saja agama masing-masing. Siapapun non muslim yg mengolok soal bidadari ini, dia jelas pembenci, dengki luar biasa. Bagaimana menanggapinya? Biarkan saja. Orang-orang ini, bahkan Tuhan saja mereka olok-olok, jadi jangan dibalas. Tinggalkan. 

Jika dia muslim, maka dia tidak tahu alias bodoh. Yes. Karena jika dia mau membaca Al Qur'an, mempelajari tafsir-tafsir, membaca buku-buku, dia akan tahu penjelasannya. Akan punya ilmunya. 

Sayangnya, karena dia tdk punya ilmunya, jadilah dia mengolok-olok agama sendiri. Padahal, sst, apapun pendapat manusia, itu tdk pernah relevan bagi kitab suci. Jika kitab suci sudah tertulis demikian, itu final. Kita itu siapa sih? Paling mentok hanya menafsirkan.

Terakhir,

Hal menyedihkan dalam kasus bidadari ini adalah boleh jadi tentang kemunafikan kita. 

Apa maksudnya? Seseorang yang berilmu, menafsirkan ayat-ayat itu, dengan tafsir ABC. Orang berilmu ini bisa dibully, dihina, ditertawakan habis-habisan. Kita hanya diam. Tidak membela ulama tersebut. Diam saja. 

Tapi seorang berilmu lainnya, menafsirkan ayat-ayat itu, dengan tafsir ABC, sama persis (karena sumber tafsirnya memang sama), apa yang terjadi? Lagi-lagi, orang berilmu ini juga diolok-olok, dihina, ditertawakan netizen. Tapi hei, kali ini kita ngamuk, marah, tidak terima olok-olok tersebut. Kok kali ini kita marah? Kemarin-kemarin?

Entahlah. Semoga kita mau memikirkannya. Termasuk bercermin masing-masing. Jangan-jangan, selama ini, 'agama' kita itu hanyalah kelompok-kelompok saja. 

Sumber artikel: FB Tere Liye
Sumber gambar: Portal Islam
Posting Komentar

Posting Komentar

close