cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Kisah Nenek Ahli Ibadah Melakukan Takhbib, Hancurkan Rumah Tangga Orang Lain

Akhir-akhir ini, istilah takhbib menjadi menjadi viral dan bahkan sempat trending di berbagai media sosial. Pengertian takhbib secara sederhana adalah tindakan pihak ketiga yang menghancurkan rumah tangga dari pasangan suami istri yang sah.

Datangnya takhbib bukan cuma berasal dari perempuan cantik nan seksi yang menggoda suami orang. Dan juga tak hanya berasal dari lelaki tampan yang iseng merayu istri orang. Bahkan kakek nenek yang tua renta pun dapat merusak keharmonisan rumah tangga sepasang suami isteri. Believe it or not, berikut ini kisahnya.

Seorang sufi agung asal Mesir, syekh Ali al-Khawash (w. 949 H) pernah bercerita kepada murid kesayangannya, yaitu Syekh Abdul Wahab as-Sya’rani. Beliau memiliki tetangga lelaki sukses yang sedang menapaki karier sebagai hakim negara. Si hakim ini sangat mencintai istrinya. Demikian pula sebaliknya, sang istri pun sangat mencintainya. Seolah tak ada seorang pun yang dapat merusak keharmonisan rumah tangga mereka berdua.

Singkat cerita, sampai akhirnya datang seorang nenek tua renta ke rumah pasangan itu dan tinggal di sana. Sosok nenek tua renta ini lengkap dengan atribut kesalehan. Dia membawa tasbih dan sajadah selayaknya ahli ibadah. Dia juga tampak khusuk dalam kesehariannya. Bahkan selama tinggal di sana, si nenek selalu puasa di siang hari dan qiyamul lail di sepanjang malamya. Melihat kesalehannya, sang hakim dan istrinya pun sangat bersimpati dan sangat senang kepadanya.

Pada hari-hari berikutnya, si hakim sering menginap di luar rumah, yaitu di tempat seseorang yang diyakininya merupakan orang saleh dan dianggap wali. Nah, kesempatan malam-malam itu akhirnya dimanfaatkan si nenek untuk mendekati istri si hakim dan bertutur kata dengan manis.

“Sungguh kamu sudah seperti anakku sendiri. Kebahagiaanmu menjadi tanggung jawabku. Kesusahanmu juga menyusahkanku. Sungguh suamimu telah menikah lagi tanpa sepengetahuanmu. Malam-malam ini pun ia pergi menginap di tempatnya,” kata si nenek dengan membujuknya.

“Maksudku begini. Ambillah pisau dan potonglah sebagian jenggotnya yang dekat dengan bagian atas dadanya. Nanti biar kujadikan sarana agar ia menceraikan istri barunya dan agar tidak akan menikah lagi dengan wanita lain selamanya,” lanjut si nenek dengan sangat meyakinkan.

Di waktu lain, tanpa sepengetahuan si isteri, si nenek mendekati si suami.

“Tuanku, anda sangat berjasa kepadaku. Apa yang menyusahkanmu juga menyusahkanku. Sungguh malam ini istrimu punya rencana jahat akan memenggal lehermu agar bisa menikah dengan lelaki lain. Bila anda tak memercayai ucapanku, silahkan pura-pura tidur dan pejamkan kedua matamu. Pura-pura mengoroklah dan lihatlah apa yang akan dilakukan istrimu,” ujarnya menghasut suami malang itu.

Benar saja, si hakim itu pun mengiyakannya. Ia pura-pura tidur dan melirik gerak-gerik istrinya secara sembunyi-sembunyi tanpa disadari oleh si istri. Ia lihat si istri menghampirinya dengan membawa pisau, memasukkan tangan guna mengangkat jenggot panjangnya dari atas dada, dan memasukkan pisau ke sana.

Menjeritlah si suami penuh kekagetan dan secepat kilat menyambar palu besar di sisinya. Ia pukul istrinya dengan palu besar itu tepat di bawah telinganya hingga tewas seketika.

Setelah mendengar tragedi memilukan itu, keluarga si istri akhirnya datang beramai-ramai dan menyeret si suami kepada penguasa setempat, yang kemudian menghukumnya dengan hukuman mati seketika itu juga.

Lalu bagaimana kisah nasib si nenek jahat itu? Ia pun mengeloyor pergi sambil berucap: “Subhanallah, subhannallah.”

Lalu siapakah sebenarnya nenek jahat itu? Meskipun secara lahiriah tampak seperti ahli ibadah, ia adalah nenek malang yang terkuasai oleh iblis untuk menghancurkan rumah tangga orang. Demikian penjelasan Syekh Abdul Wahab as-Sya’rani, sesuai sabda Nabi Muhammad SAW:
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ. ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ، فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً. يَجِىءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا. فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. قَالَ: ثُمَّ يَجِىءُ أَحَدُهُمْ، فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ. رواه مسلم
Artinya, “Sungguh iblis meletakkan kursi singgasananya di atas air (lautan). Lalu ia utus pasukannya untuk menggoda manusia. Yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Salah satunya datang menghadap dan berkata: ‘Aku telah melakukan ini itu.’ Iblis menjawab: ‘Kamu belum melakukan apa pun. Nabi saw bersabda: ‘Lalu datang yang lainnya dan berkata: ‘Aku tidak meninggalkan manusia hingga aku pisahkan antara dia dan istrinya.’ Nabi saw bersabda: ‘Lalu iblis itu mendekatkan salah satu pasukannya itu kepadanya dan berkata: ‘Kamu adalah pasukanku terbaik’.” (HR Muslim). (Abdul Wahab as-Sya’rani, Lawaqihul Anwar fi Bayanil ‘Uhudil Muhammadiyyah, [Beirut, Darul Kutubil ‘Ilmiyah: 2005], halaman 589-590).

Dari kisah tragedi yang dialami pasangan suami istri ini, maka dapat diambil hikmah, bahwa perjalanan rumah tangga akan selalu mengalami ujian. Mungkin saja ada orang yang sekilas sangat dekat dan nampak baik, justru dia menjadi pintu masuknya prahara dan rusaknya rumah tangga. 

Tapi sebenarnya bukan masalah seberapa berat dan besar ujian yang datang, namun lebih pada bagaimana cara menghadapi dan menyikapi ujian tersebut. Tetap saling percaya kepada pasangan masing-masing bisa menjadi jalan terbaik daripada sekadar menuruti ego dan bisikan orang ketiga, walaupun terlihat baik dan bisa dipercaya. Wallâhul musta’ân.
Posting Komentar

Posting Komentar

close