Lebih Mulia Mana Antara Ayah Ibumu Dibandingkan Guru Agamamu?

Daftar Isi

Sebagian orang dan para penuntut ilmu telah salah memahami ucapan sebagian ulama bahwa jasa guru lebih besar dibanding jasa kedua orang tua, yakni ayah dan ibu.

Imam Ghozali pernah menyatakan:

حق المعلم أعظم من حق الوالدين فإن الوالد سبب الوجود الحاضر والحياة الفانية والمعلم سبب الحياة الباقية 

 ولولا المعلم لانساق ما حصل من جهة الأب إلى الهلاك الدائم وإنما المعلم هو المفيد للحياة الأخروية الدائمة أعني معلم علوم الآخرة أو علوم الدنيا على قصد الآخرة لا على قصد الدنيا

"Hak guru lebih besar dari hak orang tua, karena ayah adalah penyebab keberadaanmu sekarang dan kehidupan fana, sedangkan guru adalah penyebab kehidupan abadi.

Dan jika bukan karena guru, apa yang diajarkan oleh ayah akan mengarahkanmu kepada kehancuran permanen. 

Sebaliknya, guru adalah orang yang memberi manfaat kehidupan abadi di akhirat. 

Yang aku maksud adalah guru ilmu-ilmu akhirat atau ilmu-ilmu dunia yang dipergunakan untuk kehidupan akhirat, bukan untuk tujuan dunia ini."

Itulah penggalan maqolah dari Syekh Imam Ghozali. Bila anda gagal mengenali ayah ibumu sendiri maka bisa dipastikan Anda akan salah dalam memahami ucapan beliau. 

Mungkin setiap orang mempunyai kasus yang berbeda. Hal tersebut tentunya tergantung dari masing-masing individu, apakah dia mempunyai orang tua yang sholeh atau tidak. Jika dia mempunyai orang tua yang saleh, maka sudah pasti bahwa ayah ibumulah yang mengajarkanmu pondasi awal keimanan dan keislaman pada dirimu.

Coba renungkan, keduanya yang berperan besar menjadikanmu tetap beragama Islam, tidak tergoda dengan berbagai propaganda dan bisikan setan dan penganutnya sehingga anggota keluarganya tidak ada yang berpaling menjadi Nasrani atau Yahudi atau Majusi.

Mereka berdua pulalah yang lebih dulu, bahwa yang pertama kali mengajarkan dan mencontohkan nilai nilai dasar akhlaq mulia dan arti kehidupan sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir.

Bisa jadi mereka yang mendorong dan membiayaimu untuk bersekolah atau belajar di pondok pesantren untuk mendalami ilmu agama.

Dan ketahuilah bahwa guru agama yang baik niscaya mengajarkanmu untuk selalu mendahulukan kedua orang tuamu dibanding dirinya, selama keduanya tidak memerintahkanmu berbuat maksiat dan dosa.

Perhatikanlah kisah Uwais Al Qarani yang lebih mendahulukan ibunya dibanding berhijrah ke Madinah untuk mendapatkan kemuliaan status sebagai sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dan renungkan kisah lelaki yang hendak berjihad memenuhi panggilan guru termulia yaitu Nabiyyuna Muhammad shallallahi alaihi wa sallam, sedangkan kedua orang tuanya menangis mengawatirkan keselamatannya bila ia ikut serta berjihad.  

Ternyata oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ia justru diperintahkan untuk kembali kepada orang tuanya dan menyenangkannya, karena kekawatiran akan nasib putra tercintanya.

فارجع إليهما فأضحكهما كما أبكيتهما "

"Kembalilah kepada kedua orang tuamu, jadikanlah mereka tertawa bahagia sebagaimana engkau telah menjadikan keduanya menangis." (Ahmad dan Abu Daud)

Dan jangan lupa, bahkan lisan keduanya tiada putus berdoa mengetuk pintu Allah agar berkenan menyayangi dan melimpahkan petunjuk-Nya  untuk anaknya, satu hal yang mungkin tidak pernah dilakukan oleh guru agama anda.

Ayah ibumu adalah guru pertama dan terakhirmu.

Wallahu A'lam..

Posting Komentar