Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban Berdasarkan Hadits dan Cara Menghidupkannya

Daftar Isi
Bagaimana hukum memeriahkan malam Nisfu Sya'ban secara beramai-ramai di masjid? Disunnahkan pada bulan Sya'ban untuk berpuasa di siang harinya dan menghidupkan malamnya, khususnya pada malam Nisfu Sya'ban. Ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang keutamaan bulan Sya'ban, baik Hadits shahih maupun hadits dha'if. Berikut ini penjelasan lengkapnya:

Keutamaan dan Kemuliaan malam Nisfu Sya'ban (image: steemit.com)

Hadits Shahih tentang keutamaan bulan Sya'ban

أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ .
قَالَ « ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ ». 
Dari Usamah bin Zaid, saya katakan kepada Rasulullah SAW: “Saya tidak pernah melihat engkau berpuasa di bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?”.

Rasulullah SAW menjawab: “Itulah bulan yang banyak dilupakan orang, antara Rajab dan Ramadhan, pada bulan itu amal-amal diangkat ke hadapan Allah Tuhan semesta alam, aku suka ketika amalku diangkat aku dalam keadaan berpuasa”. (Hadits riwayat Imam an-Nasa’i).
عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ .
Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah SAW melaksanakan puasa hingga kami mengatakan ia tidak makan. Ia makan hingga kami mengatakan ia tidak puasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa satu bulan kecuali di bulan Ramadhan. Saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa di bulan lain lebih banyak daripada puasanya di bulan Sya’ban.
(Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim).
( حسن صحيح )
 وعن معاذ بن جبل رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال
 يطلع الله إلى جميع خلقه ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن
رواه الطبراني وابن حبان في صحيحه
Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:
“Allah memperhatikan semua makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, maka Ia mengampuni semua makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan”.
(Hadits riwayat Imam ath-Thabrani dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya).

Hadits Dha’if tentang bulan Sya'ban

"إن الله عز وجل ينزل إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لأكثر من شعر غنم بنى كلب ، وهى قبيلة فيها غنم كثير" . رواه أحمد والطبرانى
وقال الترمذى : إن البخارى ضعفه

“Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban, Ia mengampuni lebih banyak daripada bulu kambing Bani Kalb, yaitu salah satu kabilah yang memiliki banyak kambing”. 
(Hadits riwayat Ahmad dan ath-Thabrani). Imam at-Tirmidzi berkata: “Imam al-Bukhari menyatakan hadits ini hadits dha’if”.
حديث عائشة رضى الله عنها ، قام رسول الله صلى الله عليه وسلم من الليل فصلى فأطال السجود حتى ظننت أنه قد قبض، فلما رأيت ذلك قمت حتى حركت إبهامه فتحرك ، فرجعت ، فلما رفع رأسه من السجود وفرغ من صلاته قال : "يا عائشة- أو يا حميراء-ظننت أن النبى صلى الله عليه وسلم -قد خاس بك "؟ أى لم يعطك حقك .
قلت : لا والله يا رسول الله ولكن ظننت أنك قد قبضت لطول سجودك ، فقال : "أتدرين أى ليلة هذه"؟ قلت : الله ورسوله أعلم ، قال "هذه ليلة النصف من شعبان ، إن الله عز وجل يطلع على عباده ليلة النصف من شعبان ، فيغفر للمستغفرين ، ويرحم المسترحمين .
ويؤخر أهل الحقد كما هم " رواه البيهقى عن طريق العلاء بن الحارث عنها، وقال : هذا مرسل جيد. يعنى أن العلاء لم يسمع من عائشة .

Hadits riwayat Aisyah, Rasulullah SAW melaksanakan shalat malam, beliau shalat dengan sujud yang sangat lama, hingga saya (Aisyah) menyangka bahwa Rasulullah SAW telah meninggal dunia. Ketika saya melihat demikian, maka saya pun bangun dan menggerakkan ibu jari Rasulullah Saw, ternyata Rasulullah SAW masih bergerak. Lalu saya pun kembali. Ketika Rasulullah SAW mengangkat kepalanya dari sujud dan telah selesai dari shalatnya, beliau berkata: “Wahai Aisyah –atau wahai Humaira’- engkau menyangka bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu?”. Saya jawab: “Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, akan tetapi saya menyangka engkau telah meninggal dunia karena sujudmu terlalu lama”.
Rasulullah SAW bertanya: “Tahukah engkau malam apa ini?”. saya menjawab: “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahuinya”. Rasulullah SAW menjawab: “Ini adalah malam nishfu Sya’ban. Sesungguhnya Allah memperhatikan hamba-hamba-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, maka Ia mengampuni orang-orang yang memohon ampun dan memberikan rahmat-Nya kepada orang-orang yang memohon rahmat-Nya. Dan Ia menunda orang-orang yang dengki sebagaimana keadaan mereka”. (HR. al-Baihaqi dari jalur riwayat  al-‘Ala’ bin al-Harits dari Aisyah. Al-Baihaqi berkata: “Ini hadits Mursal jayyid”. Maksudnya, al-‘Ala’ tidak mendengar hadits ini langsung dari Aisyah.

Hadits-Hadits Palsu tentang bulan Sya'ban

وروي عن علي رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال إذا كانت ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلها وصوموا يومها فإن الله تبارك وتعالى ينزل فيها لغروب الشمس إلى السماء الدنيا فيقول ألا من مستغفر فأغفر له ألا من مسترزق فأرزقه ألا من مبتلى فأعافيه ألا كذا ألا كذا حتى يطلع الفجر

Diriwayatkan dari Ali, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
“Ketika malam nisfu Sya’ban, maka laksanakanlah Qiyamullail, berpuasalah pada siang harinya. Sesungguhnya Allah SWT turun pada malam itu saat tenggelam matahari, turun ke langit dunia. Allah berfirman: “Adakah orang yang memohon ampun? Maka Aku akan mengampuninya. Adalah yang meminta rezeki, maka Aku akan memberi rezeki kepadanya. Adakah yang terkena musibah, maka Aku memberinya kebaikan”. Adakah begini dan begitu, hingga terbit matahari.

وروي عن معاذ بن جبل رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من أحيا الليالي الخمس وجبت له الجنة ليلة التروية وليلة عرفة وليلة النحر وليلة الفطر وليلة النصف من شعبان

Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
“Siapa yang menghidupkan 5 malam, maka ia wajib masuk surga; malam Tarwiyah (8 Dzulhijjah), malam ‘Arafah (9 Dzulhijjah), malam Nahr (10 Dzulhijjah), malam Idul Fithri dan malam Nishfu Sya’ban”.

Adakah Shalat Khusus Malam Nishfu Sya’ban?

قال النووى فى كتابه المجموع : الصلاة المعروفة بصلاة الرغائب وهى ثنتا عشرة ركعة بين المغرب والعشاء ليلة أول جمعة من رجب ، وصلاة ليلة النصف من شعبان مائة ركعة ، هاتان الصلاتان بدعتان منكرتان ، ولا تغتر بذكرهما فى كتاب قوت القلوب - لأبى طالب المكى-وإحياء علوم الدين - للإمام الغزالى - ولا بالحديث المذكور فيهما ، فإن كل ذلك باطل ، ولا يغتر ببعض من اشتبه عليه حكمهما من الأئمة فصنف ورقات فى استحبابهما فإنه غالط فى ذلك

Imam an-Nawawi berkata dalam kitab al-Majmu’: Shalat yang dikenal dengan nama shalat ar-Ragha’ib, yaitu 12 rakaat antara Maghrib dan Isya’ pada malam Jum’at pertama bulan Rajab dan shalat sunnat malam Nishfu Sya’ban 100 rakaat, dua shalat ini adalah bid’ah munkar. Jangan terkecoh karena kedua shalat ini disebutkan dalam kitab Qut al-Qulub karya Abu Thalib al-Makky dan kitab Ihya’ ‘Ulumiddin karya al-Ghazali atau hadits yang menyebut tentang shalat ini, karena semua itu batil. Jangan terkecoh dengan sebagian orang yang tidak jelas baginya hukum tentang kedua shalat ini lalu ia menulis tulisan tentang anjuran melaksanakan kedua shalat ini, sesungguhnya ia keliru dalam masalah tersebut.

Hadits Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban

Hadits-hadits yang menjadi dasar hukum dan menjelaskan tentang keutamaan malam Nisfhu Sya’ban telah disebutkan dalam Musnad Ahmad, al-Mu’jam al-Kabir karya Imam ath-Thabrani dan Musnadal-Bazzar.
يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Allah SWT memperhatikan para makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban. Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali musyrik dan orang yang bertengkar (belum berdamai)”.

Hadits tersebut di atas telah dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, no. 1144.

Cara Menghidupkan Malam Nisfu Sya'ban

Diriwayatkan bahwa para Tabi’in Negeri Syam Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban.
يذكر القسطلانى فى كتابه "المواهب اللدنية"ج 2 ص 259 أن التابعين من أهل الشام كخالد بن معدان ومكحول كانوا يجتهدون ليلة النصف من شعبان فى العبادة ، وعنهم أخذ الناس تعظيمها
Imam al-Qasthallani menyebutkan dalam kitab al-Mawahib al-Ladunniyyah, juz.II, hal.259, “Sesungguhnya kalangan Tabi’in negeri Syam seperti Khalid bin Ma’dan dan Mak-hul bersungguh-sungguh menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan ibadah. Dari merekalah orang banyak mengambil pengagungan malam Nishfu Sya’ban.
            
Golongan Tabi’in itu termasuk kalangan Salaf. Hal ini berarti bahwa sejak zaman Salaf telah ada pengagungan malam Nisfu Sya’ban.
            
Adapun tentang cara menghidupkan malam Nishfu Sya’ban, Imam al-Qasthallani melanjutkan,
اختلف علماء أهل الشام فى صفة إحيائها على قولين ، أحدهما أنه يستحب إحياؤها جماعة فى المسجد، وكان خالد بن معدان ولقمان ابن عامر وغيرهما يلبسون فيها أحسن ثيابهم ويتبخرون ويكتحلون ويقومون فى المسجد ليلتهم تلك ، ووافقهم إسحاق بن راهويه على ذلك وقال فى قيامها فى المساجد جماعة : ليس ذلك ببدعة، نقله عنه حرب الكرمانى فى مسائله . والثانى أنه يكره الاجتماع فى المساجد للصلاة والقصص والدعاء ، ولا يكره أن يصلى الرجل فيها لخاصة نفسه ، وهذا قول الأوزاعى إمام أهل الشام وفقيههم وعالمهم .
Ulama negeri Syam berbeda pendapat tentang cara menghidupkan malam Nishfu Sya’ban, ada dua pendapat:

Pertama, dianjurkan menghidupkan malam Nisfu Sya’ban berjamaah di masjid. Khalid bin Ma’dan, Luqman bin ‘Amir dan tabi’in lain pada malam Nisfu Sya’ban itu memakai pakaian terbaik, memakai harum-haruman, memakai celak, mereka menghidupkan malam Nishfu Sya’ban di masjid. Imam Ishaq bin Rahawaih setuju dengan mereka dalam hal itu dan ia berkata tentang menghidupkan malam Nishfu Sya’ban di masid: tidak bid’ah. Demikian diriwayatkan oleh al-Kirmani dalam al-Masa’il.

Kedua, makruh berkumpul di masjid-masjid untuk shalat, kisah-kisah dan doa. Tidak makruh jika seseorang melaksanakan shalat secara khusus untuk dirinya sendiri. Ini pendapat Imam al-Auza’i imam, faqih dan ulama negeri Syam[1].

Pendapat Imam Ibnu Taimiah.

إذَا صَلَّى الْإِنْسَانُ لَيْلَةَ النِّصْفِ وَحْدَهُ أَوْ فِي جَمَاعَةٍ خَاصَّةٍ كَمَا كَانَ يَفْعَلُ طَوَائِفُ مِنْ السَّلَفِ فَهُوَ أَحْسَنُ . وَأَمَّا الِاجْتِمَاعُ فِي الْمَسَاجِدِ عَلَى صَلَاةٍ مُقَدَّرَةٍ . كَالِاجْتِمَاعِ عَلَى مِائَةِ رَكْعَةٍ بِقِرَاءَةِ أَلْفٍ : { قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ } دَائِمًا . فَهَذَا بِدْعَةٌ لَمْ يَسْتَحِبَّهَا أَحَدٌ مِنْ الْأَئِمَّةِ . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ
Jika seseorang melaksanakan shalat pada malam Nishfu Sya’ban sendirian atau berjamaah secara khusus seperti yang dilakukan beberapa kelompok Salaf, maka itu baik. Adapun berkumpul di masjid-masjid dengan shalat tertentu seperti berkumpul melaksanakan shalat seratus raka’at dengan membaca seribu kali surat al-Ikhlas secara terus menerus, maka itu bid’ah, tidak seorang pun dari para imam menganjurkannya. Wallahu a’lam[2].

[1]Fatawa al-Azhar, juz.X, hal.131.
[2]Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ al-Fatawa, juz.XXIII (Dar al-Wafa, 1426H), hal. 131.

Posting Komentar