Syi'ir Tanpo Wathon, Pencipta dan Pelantun yang Sebenarnya (1)

Daftar Isi




Setiap menjelang shalat lima waktu, hampir setiap masjid atau mushola di sebagian besar di
Jawa Timur, sering mengumandangkan syi'ir dalam
bahasa Jawa. Suara berat dan lembutnya membuat sebagian orang yakin betul jika pemiliknya
adalah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).





Syi'ir yang terlihat sederhana itu maknanya sangat dalam sekali.
Lebih dari itu, dengan suara yang khas, jika diresapi, maknanya sangat
menyentuh hati. Jika disimak dan diikuti dari awal hingga akhir syi'ir, semua lapisan  masyarakat, tak peduli status sosialnya, beriman atau abangan akan tersindir dengan
lirik syair tersebut. Simak saja kutipan syi'iran berikut ini:

Teks Lirik Sholawat Syi'ir Tanpo Waton 



Akeh kang apal Qur’an Haditse


Seneng ngafirke marang liyane ….


Kafire dewe dak digatekke ….


Yen isih kotor ati akale 2X ….


(Banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya


senang mengkafirkan pada orang lain


kafirnya sendiri tak dihiraukan


jika masih kotor hati dan akalnya)


Atau ketika menyinggung banyaknya orang yang tergiur kemewahan dunia, maka mereka akan disindir dengan lirik sebagai berikut:


Gampang kabujuk nafsu angkoro


Ing pepaese gebyare ndunyo


Iri lan meri sugihe tonggo


Mulo atine peteng lan nisto


(gampang terbujuk nafsu angkara


dalam hiasan gemerlapnya dunia


iri dan dengki kekayaan tetangga


maka hatinya gelap dan nista)

Awal Kepopuleran Syi'ir Tanpo Waton

Pasca wafatnya Gus Dur, semakin
hari Syi'ir ini semakin menyebar dan bertambah populer. Entah itu berupa ringtone,
atau diputar di musala-musala atau masjid, dalam jam-jam tertentu. Syi’ir ini sangat ngetop ketika selalu diputar dalam Muktamar GP Ansor
XIV, di Surabaya, Januari 2011 lalu. Banyak masjid atau musala secara rutin memutar syi'ir ini, di waktu menjelang shalat.

Bermula dari Radio Yasmara



Peredaran
Syi'ir Tanpa Wathon semula sangat lamban karena hanya digandakan atau
beredar di kalangan terbatas. Namun, radio Yasmara (Yayasan Masjid
Rahmad) Surabaya memiliki ide kreatif agar syiir yang penuh dengan makna
yang dalam itu bisa didengar dan diresapi masyarakat secara luas.





Seperti diketahui, Yasmara adalah satu-satunya radio yang masih
konsisten melakukan siar Islam dalam siarannya. Radio dengan basis
gelombang AM itu siaran adzannya menjadi referensi berbagai masjid sebelum
shalat lima waktu. 

Peluang inilah yang dilihat pengelola radio Yasmara
untuk mengumandangkan Syiir Tanpo Wathon ini agar lebih didengar
masyarakat secara luas tanpa harus susah-susah mencari VCD-nya.



Ketua
II Yayasan Masjid Rahmad dan Penanggung Jawab Radio Yasmara Surabaya pada waktu itu,
Anis Busroni membenarkan bahwa setiap harinya, sebelum shalat lima waktu,
Yasmara mengumandangkan Syiiran Tanpo Wathon ini. Semula syiiran itu
hanya dilagukan ketika usai adzan untuk menunggu iqomah. Kondisi itu
membuat Anis berpikir, syiir Tanpo Wathon ini harus disiarkan secara
luas.





“Seperti diketahui, sejak tahun 1969, pembacaan ayat suci
al-Quran di radio Yasmara selalu direlai atau disyiarkan masjid atau
musala di Jawa Timur, sambil menunggu tibanya waktu adzan,” ujar Anis.


Durasi
pembacaan al-Quran itu sendiri sekitar 7 menit. Dengan tidak mengurangi
waktu pembacaan Quran, sebelum ayat suci itu dilantunkan terlebih
dahulu diputar Syiir Tanpo Wathon. Ternyata tanggapan berbagai masjid
sangat luar biasa dengan selingan tambahan itu. Walau semula mereka
terkejut, namun akhirnya senang setelah mengetahui makna syiir yang
sangat dalam dan mengena di hati masyarakat.





Darimana Yasmara mendapatkan rekaman syi'ir  Tanpo Wathon tersebut? Ceritanya
ternyata cukup unik, dan tidak didapat langsung dari kerabat Gus Dur. Sejak
akhir Desember 2010, Anis mendapatkan Syi'ir tersebut dari Ir H.
Nanang Adi Sucipto temannya sesama pegawai PDAM Kota Surabaya. Setelah
didengarkan ternyata syiirnya sangat sederhana, bahasanya komunikatif,
namun maknanya sangat mendalam sekali. 

Maka sejak saat itu langsung diputar
dan disiarkan di radio Yasmara. Ir H. Nanang ketika dikonfirmasi
mengatakan, dia mendapatkan syiiran Gus Dur ini dari santri Pondok
pesantren Tebu Ireng Jombang. Namun dia lupa siapa dia karena
pertemuannya hanya sesaat. Santri tersebut hanya mengaku diberi syiiran
Gus Dur dari kerabat dekat Gus Dur dengan tidak menyebut siapa kerabat
dekat itu.





Terlepas benar atau tidaknya pencipta dan atau pelantun
syiiran adalah Gus Dur, Anis meyakini bahwa suara syiiran yang beredar
selama ini memang suara asli Gus Dur. Hal ini diperkuat dengan setiap
akhir siaran TV9 yang notabene milik Nahdatul Ulama selalu memutar
syiiran Gus dur dengan latar belakang Gus Dur. Dan lagi sampai saat ini
sudah banyak beredar kaset, vcd, atau dvd yang berisi syiiran Gus Dur
dimasyarakat tanpa ada yang menggugat dan mengaku pemilik Syiiran Gus
Dur tersebut.




Ketika diberi tahu bahwa ada salah satu pengasuh Pondok
pesantren yang mempunyai hak cipta atas syiiran Gus Dur ini, Anis
tampak terkejut dan ingin sekali bertemu dengan pemilik hak cipta
tersebut.


"Ini menjadi tanggung jawab kami untuk meluruskan,
terutama kepada pendengar radio Yasmara yang percaya bahwa suara yang
melantunkan Syiiran Gus Dur ini memang KH Abdurrahman Wahid alias Gus
Dur," ujar lelaki yang juga menjabat sebagai Kabag Penertiban PDAM
Surabaya ini.



Apabila benar ada yang mempunyai hak cipta, Anis ingin
mengajak siaran langsung di radio Yasmara sekalian meluruskan informasi yang
salah selama ini.


Baca selengkapnya >>

Posting Komentar