cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Semua Golongan Mengaku Ahlussunnah Wal Jama'ah, Manakah yang Paling Benar?

Judul boleh sama, namun isi dan materinya pasti tidak sama. Mu'tazilah juga mengkaji tauhid. Para Salafi dan para Sufi juga mengaku bertauhid dan berpegang teguh dengan Al Qur'an dan As Sunnah. Intinya mereka semua mengaku ahlussunnah Wal jamaah.

Namun samakah maksud mereka semua?

Kita harus membiasakan berpikir lebih cerdas, bersikap lebih teliti, dan juga lebih kritis. Slogan akan selalu dibuat indah dan lebih menarik. Namun kalau hanya sekedar slogan apalah artinya.

Tahukah anda bahwa salah satu prinsip dan ajaran mu'tazilah diberi judul dengan TAUHID, kaum sufi juga mendoktrin pengikutnya dengan jargon mengikuti ulama' dan mengamalkan al qur'an dan as sunnah, para neo khowarij juga berdalih dengan Ibnu Taimiyyah dan ulama' yang ada saat ini Bahkan mereka juga rajin mengkaji kitab-kitab karya para ulama'.

Lebih seru lagi semua golongan Islam juga mengkaji Al Qur'an, malah ada yang menkhususkan diri mereka dengan tafsir Al Qur'an.

Namun, cukupkah semua yang mereka lakukan untuk membuktikan bahwa mereka seutuhnya berada di atas manhaj lurus dan akidah Ahlussunnah wal Jama'ah ?

Bisa jadi anda ngaji kitab tauhid, lalu mengkaji kitab hadits Shahih Bukhary, dan kitab-kitab lainnya. Namun bila metode anda memahami, dan hasil kajian anda menyimpang, dan kemudian metode menerapkan pemahaman anda juga menyimpang, maka tetap saja menyimpang.

Karena itu hal yang membedakan antara kaum Ahlussunnah Wal Jama'ah dengan selain mereka adalah keberadaan peran metodologi dalam memahami dan mengamalkan Al Qur'an dan As Sunnah.

Sejak dari dahulu, para ulama' kita menekankan pentingnya mengikuti metodologi dan pemahaman ulama' terdahulu, para sahabat, tabiin, tabi'it tabiin dan seterusnya. 

Oleh karena itu, kita tidak boleh terkecoh dan puas dengan judul, atau kitab yang dikaji. Tetapi cermatilah metode mengkajinya dan juga metode mengamalkannya. Benarkah sudah sesuai dengan metode ulama' salafiyyin?

Mari kita biasakan diri kita dan para murid kita untuk berkata: Bagaimana cara memahami dan menerapkannya dengan benar? 

Tidak sepatutnya guru agama, para murid dan para penuntut ilmu terbelenggu dengan judul, atau kitab yang dikaji atau nama lainnya. Apalagi menjadikan semua itu sebagai standar kebenaran atau kesalahan. Kitab yang digaji boleh sama tapi karena metodologinya tidak sama, maka hasil pemahamannya juga tidak sama.

Ajarkan dan biasakan mereka untuk berpikir dan beramal sesuai dengan metodologi yang benar. Inilah yang disebut dengan manhaj, bukan sekedar menanyakan: apa judul kajiannya, apa kitab yang dikaji, kemudian selesai urusan, tidak sama sekali.

Semoga keterangan di atas bisa membuka dan menambah wawasan kita dan semoga bermanfaat.
Posting Komentar

Posting Komentar

close