Mengapa Allah Menguji Kita? Kata Kuncinya Syukur dan Sabar

Daftar Isi
Hari ini kita akan membahas bagian penting dari Islam, yaitu topik cobaan dan ujian. Ada banyak hal yang bisa kita bicarakan dalam hal ini, tetapi mari kita fokus pada dua pertanyaan dasar: mengapa Allah menguji kita & bagaimana seharusnya sikap kita ketika menghadapi ujian dari Allah?

Mengapa Allah menguji kita?

Dialah yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, karena Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qur'an 67:2)

Banyak agama mengajarkan bahwa cobaan dan ujian selalu dikirim sebagai hukuman dari Tuhan. Mereka mengklaim bahwa jika Anda menderita kesulitan, seperti penyakit atau kehilangan kekayaan, itu berarti Anda entah bagaimana tidak menyenangkan Tuhan. 

Namun, ini sepenuhnya TIDAK benar menurut Islam. Dalam Islam, tidak ada korelasi antara situasi kita saat ini dan sikap Allah terhadap kita. Misalnya, jika saya kehilangan pekerjaan, bukan berarti Allah marah kepada saya. Di sisi lain, jika saya mendapatkan kenaikan gaji di pekerjaan saya, itu tidak berarti bahwa Allah senang dengan saya. Sebaliknya, Allah memberi kita situasi yang berbeda ini untuk melihat bagaimana kita bereaksi terhadapnya.

Dalam ayat Al-Qur'an di atas, Allah memberi tahu kita bahwa ujian dan cobaan adalah bagian dari kehidupan. Setiap orang akan diuji sampai batas tertentu pada waktu tertentu sehingga Allah dapat melihat orang mana yang benar-benar beriman kepadanya. Dengan kata lain, Dia akan melihat siapa yang melakukan perbuatan baik untuk alasan yang benar dan siapa yang hanya melakukan perbuatan baik ketika itu nyaman.

Nabi Muhammad (SAW) berkata: "Tidak ada yang menimpa seorang mukmin, se (tusuk) duri atau lebih dari itu, tetapi Allah akan mengangkatnya satu derajat derajatnya, atau menghapus perbuatan buruk." (HR. Bukhori)

Hadits ini menunjukkan kepada kita dua alasan umum mengapa ujian dapat terjadi dalam kehidupan seseorang. Alasan pertama adalah bahwa Allah akan menguji Anda dengan sesuatu sehingga Anda memiliki kesempatan untuk berhasil melewati ujian dengan sikap yang benar, dan oleh karena itu Allah akan mengangkat derajat Anda di surga.

Alasan kedua untuk menghadapi cobaan adalah bahwa saya mungkin telah melakukan sesuatu yang salah dan saya mungkin tidak meminta pengampunan kepada Allah. Alih-alih menghukum saya di akhirat, Allah akan menempatkan saya melalui sesuatu dalam hidup ini. Apa pun yang Dia berikan kepada saya dalam hidup ini tidak akan seperti apa yang akan saya hadapi di akhirat, jadi cobaan ini sebenarnya adalah bentuk rahmat Allah.

Bagaimana seharusnya sikap seorang Muslim ketika menghadapi ujian atau cobaan?

Sekarang setelah kita mengetahui alasan ujian dan cobaan, mari kita tela'ah bagaimana seharusnya kita sebagai umat Islam menyikapinya saat menghadapi ujian. Hal pertama adalah menjaga semuanya dalam perspektif.

1. TETAPLAH DALAM PERSPEKTIF

“Allah tidak membebani suatu jiwa melebihi apa yang dapat ditanggungnya.” (Qur'an 2:286)

Seseorang tidak akan pernah dihadapkan dengan kesulitan yang lebih besar daripada yang bisa mereka tangani. Sering kali, ketika kita sedang menjalani cobaan, kita menjadi begitu fokus pada cobaan itu sehingga kita melupakan segala sesuatu yang lain. Misalnya, jika seseorang kehilangan pekerjaan, mereka akan sering fokus pada apa yang tidak mereka miliki dan akan melupakan apa yang mereka miliki, seperti kesehatan, keluarga, atau (jika tidak ada yang lain) keyakinan mereka.

Berfokus pada apa yang kita miliki versus masalah apa yang kita hadapi memungkinkan kita untuk menjaga sikap yang baik tentang situasi, dan mengetahui bahwa Allah tidak akan pernah memberi kita lebih dari yang dapat kita tangani,  membantu kita menjaga segala sesuatu dalam perspektif.

Menjaga perspektif bahwa Allah tidak pernah memberikan seseorang cobaan yang lebih besar dari apa yang dapat mereka tangani mengingatkan kita bahwa apa pun itu, kita tidak boleh kehilangan harapan atau kehilangan kesabaran karena kita sudah tahu bahwa kita akan melewatinya.

2. ALLAH SELALU MELAKUKAN YANG TERBAIK UNTUK KITA

Dan boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu dan bahwa kamu menyukai sesuatu yang buruk bagimu. Allah mengetahui tetapi kamu tidak mengetahui.” (Al-Qur'an, 2:216)

Allah mengingatkan kita akan sesuatu yang sangat penting di sini. Dia mengatakan bahwa ketika kita dihadapkan dengan sesuatu, kita melihat di sini dan sekarang. Kami tidak benar-benar memahami gambaran besarnya. Oleh karena itu, kita melihat hal-hal sebagai baik atau buruk karena kita hanya dapat melihat apa yang terjadi secara fisik di masa sekarang.

Contoh yang mudah dipahami adalah contoh ban kempes di jalan. Tak seorang pun ingin berurusan dengan ban kempes karena itu ketidaknyamanan. Namun, bayangkan di ujung jalan ada seorang pengemudi mabuk yang lepas kendali. Mungkin dengan memberi kita ban kempes, Allah menyelamatkan kita dari bahaya oleh pengemudi mabuk.

Satu hal yang harus kita sadari adalah bahwa Allah tidak akan pernah memberi kita cobaan tanpa alasan. Ada beberapa hadits shahih dimana Nabi Muhammad (SAW) menyebutkan bahwa Allah mencintai kita lebih dari ibu kita sendiri. Seorang ibu tidak akan pernah rela menempatkan anak mereka melalui kesulitan tanpa alasan sama sekali. Oleh karena itu, aman untuk mengatakan bahwa Allah juga demikian. Setiap cobaan atau ujian memiliki tujuan di baliknya, bahkan jika kita tidak dapat memahaminya pada saat itu.

Dengan mengingat hal itu, inilah analogi untuk menunjukkan bagaimana kita terkadang tidak dapat melihat mengapa kita menjalani uji coba sampai setelah kita melewatinya. Misalnya, ketika seseorang masih muda, orang tuanya sangat ketat tentang berapa banyak makanan penutup atau soda yang bisa ia makan. Sebagai seorang anak, ia melihat pembatasan ini tidak adil. Namun, sekarang sebagai orang dewasa, ia menyadari bahwa mereka melakukannya untuk kebaikan dia sendiri. Mereka tidak ingin ia mengonsumsi gula sebanyak itu agar ia tumbuh sehat. Saat itu, ia hanya bisa melihat di sini dan sekarang dan berpikir orang tuanya kejam kepadanya. Namun, kenyataannya, orang tuanya memikirkan masa depannya dan melakukan apa yang mereka tahu terbaik untuknya bahkan jika ia tidak memahaminya.

Allah melakukan hal yang sama untuk kita. Terkadang kita mungkin sangat menginginkan sesuatu dan tidak mendapatkannya, atau kita mungkin menghadapi kesulitan. Sangat mudah untuk fokus di sini dan sekarang kita tergoda untuk mempertanyakan Allah. Namun, jika kita mengingat betapa Allah peduli pada kita, kita menyadari bahwa Dia sebenarnya melakukan yang terbaik untuk kita dalam jangka panjang.

3. INGAT PENTINGNYA SYUKUR DAN KESABARAN

Nabi Muhammad (SAW) berkata: “Ajaib urusan seorang mukmin karena ada kebaikan baginya dalam setiap masalah dan ini tidak terjadi pada siapa pun kecuali orang mukmin. Jika dia bahagia, maka dia bersyukur kepada Allah dan dengan demikian ada kebaikan baginya. Jika dia disakiti, maka dia menunjukkan kesabaran dan dengan demikian ada kebaikan baginya.” (Muslim)

Ini adalah salah satu hadits yang harus selalu kita ingat. Ada sangat sedikit periode dalam hidup kita di mana segala sesuatunya netral. Sering kali, segala sesuatunya tampak berkembang atau seolah-olah seluruh dunia telah berbalik melawan kita.

Salah satu aspek yang saya suka dari hadits di atas adalah menunjukkan kepada kita betapa kuatnya sikap kita karena sikap kita menunjukkan kepada Allah iman kita kepada-Nya. Sikap kita dapat membuat situasi positif menjadi lebih baik dan mengubah situasi negatif menjadi situasi positif. 

Dengan kata lain, jika semuanya berjalan dengan baik dan kita tetap bersyukur dan rendah hati, Allah akan mengubah situasi yang baik menjadi situasi yang hebat. Seperti yang dijanjikan Allah dalam ayat 7 Surat Ibrahim, ketika kita bersyukur, Dia akan memberi kita lebih banyak, Insya Allah.

Di sisi lain, jika keadaan tidak berjalan baik tetapi kita tetap sabar dan tabah (yaitu memiliki sabar), maka Allah akan mendatangkan kebaikan dari situasi tersebut, dan situasi tersebut pada akhirnya akan berkurang.

Hadits ini seharusnya memberi kita harapan bahwa apa pun yang kita alami, Allah tidak meninggalkan kita. Kita hanya perlu menjaga sikap yang benar terhadap situasi dan itikad baik terhadap-Nya.

4. HADIAH DARI SEBUAH TES SELALU LEBIH BESAR DARIPADA UJIAN ITU SENDIRI

Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Ya, pasti ada kemudahan setelah kesulitan.” (Qur'an 94:6-7)

Satu hal yang telah disebutkan oleh para ulama tentang ayat ini adalah bahwa dengan menggunakan artikel tertentu dalam teks Arab, kedua ayat tersebut merujuk pada kesulitan yang sama, tetapi mereka merujuk pada kemudahan atau imbalan yang berbeda. Dengan kata lain, Allah memberitahu kita bahwa setiap cobaan yang kita lalui, jika dihadapi dengan sikap yang benar, akan menghasilkan pahala yang berlipat ganda yang lebih besar dari cobaan itu sendiri!

Dengan pemikiran ini, mengetahui bahwa Allah telah menjanjikan kita kemenangan untuk menghadapi kesulitan dengan sikap yang benar, jauh lebih mudah untuk tetap tabah di saat-saat pencobaan. 

Sebuah contoh yang sangat baik dari apa arti ayat ini ditunjukkan dalam kehidupan Nabi Muhammad (SAW). 

Setelah mendakwahkan Islam di Mekah selama hampir tiga belas tahun, hanya ada segelintir Muslim di kota itu ketika migrasi ke Madinah terjadi. Namun, hanya sepuluh tahun kemudian, seluruh Jazirah Arab telah masuk Islam, dan puluhan ribu Muslim menemani Nabi Muhammad (SAW) selama ziarah terakhirnya ke Mekah.

Insya Allah semoga Allah melindungi kita dari kesulitan. Namun, jika kita menghadapinya, semoga Allah mengizinkan kita menghadapinya dengan kesabaran dan sikap yang benar.

Posting Komentar