Tragedi Karbala vs Kemuliaan Akhlak Imam Ali Zainal Abidin bin Husein

Daftar Isi
Tatkala 71 orang terjatuh satu persatu. Tinggalah 1 orang dijadikan bulan-bulanan. Namun hatinya tak lepas beristighfar dan memintakan ampun terhadap penyiksanya. Tiap kali 1 panah menembusnya dan 1 sabetan pedang mengenainya, beliau hanya berucap :
"Ampuni orang ini ya Allah.. ampunilah orang ini.."
Menurut riwayat, bahwa ada sekitar 31 anak panah dan 34 sabetan pedang mengenai tubuh mulianya. Di situlah dia jatuh berlutut, semakin khusyuk beristighfar, hingga seorang bernama Syimr bin Dzil Jaushan mengayunkan pedangnya dari belakang ke lehernya.

Berakhirlah istighfarnya, dan beliau meninggalkan dunia ini dalam keadaan bersih, tak pernah membawa kebencian, dan mencaci maki para penyiksanya, Yazid bin Muawiyah, Ubaidillah bin Ziyad, Syimir bin Dzil Jaushan dan para pendukung bani Ummayyah di padang Karbala. Ia dikeroyok dan dibunuh dengan sadis, kepalanya dipancung bahkan dikisahkan kepala yang selalu diciumi oleh Baginda Nabi Muhammad itu dijadikan bola tendang dan ditusukkan ke tombak.

Beberapa waktu setelah tragedi Karbala, Yazid bin Muawiyah memerintahkan eksekusi terhadap beberapa orang jenderal sebab suatu masalah. Salah satunya adalah lelaki yang juga terlibat dalam pembantaian di Karbala.

Karena merasa terancam, lelaki itu melarikan diri ke Madinah. Di sana, ia menyembunyikan identitasnya dan tinggal di kediaman Imam Ali Zainal Abidin bin Husein, cicit Rasulullah yang selamat dari pembantaian Karbala. Di rumah sosok yang dikenal sebagai 'as-Sajjad' (orang yang banyak bersujud) ini, lelaki itu betul-betul dijamu dengan baik.

Ia disambut dengan sangat ramah dan disuguhi jamuan yang istimewa dalam tiga hari. Setelah tiga hari, lelaki pembantai dalam tragedi Karbala itu pamit pergi. As-Sajjad memenuhi kantong kuda lelaki itu dengan berbagai macam bekal, air, dan makanan.

Lelaki itu sudah duduk di atas pelana kudanya, namun ia tak kuasa beranjak. Ia termenung atas kebaikan sikap As-Sajjad. Ia merasa trenyuh karena sang tuan rumah tak mengenali siapa dia sebenarnya.

"Kenapa engkau tak beranjak?" tegur As-Sajjad. Lelaki itu diam sejenak, lalu ia menyahut,

"Apakah engkau tidak mengenaliku, Tuan?"

Giliran As-Sajjad yang diam sejenak, kemudian ia berkata, "Aku mengenalimu sejak kejadian di Karbala."

Lelaki itu tercengang. Ia tergugup dan memberanikan diri bertanya, "Kalau memang engkau sudah mengenaliku, mengapa kau masih mau menjamuku sedemikian ramah?"
As-Sajjad menjawab, "Itu (pembantaian di Karbala) adalah akhlakmu. Sedangkan ini (keramahan) adalah akhlak kami. Itulah kalian, dan inilah kami."
Semoga Allah Swt mudahkan hajat hajat kita berkat Ahlil bayt Nabi muhammad Saw. Aamiin

Posting Komentar