Kisah Rokok Mbah Kholil Bangkalan dan Habib Lufhfi Pekalongan

Daftar Isi
Ada saja kisah unik terkait para kiai di Nusantara ini dalam menjawab problematika yang sering terjadi di kalangan masyarakat. Baik lewat perkataan ataupun hanya lewat isyarat, maka sudah cukup menjadi jawaban sang kiai.

Kisah berikut ini bukan bermaksud menilai mana yang lebih baik, apalagi menyalahkan pihak yang berbeda pendapat. Maksud kisah ini semata-mata sebagai ibroh bahwa perbedaan pendapat merupakan bentuk rahmat dan kasih sayang Allah Swt.

Diceritakan bahwa suatu saat para habaib dsn para kyai sowan menghadap Mbah Kholil Bangkalan Madura. Mereka hendak menanyakan status halal haramnya hukum merokok. Tapi sebelum sempat ditanya, Mbah Kholil yang baru keluar untuk menyambut para tamu tiba-tiba dawuh (berkata) singkat:

ÙˆَÙŠُسَÙ†ُّ بَعْدَ Ø£َÙ†ْ تَØ£ْÙƒُÙ„َ Ø£َÙ†ْ تَØ£ْدُدَ

“Setelah makan disunnahkan untuk udud (merokok).”

Sontak para tamu yang hadir kaget dan hanya bisa terdiam tak jadi mengutarakan pertanyaan. Mereka semua tunduk menerima dan paham atas pernyataan singkat Mbah Kholil tersebut.

Hal tersebut juga pernah terjadi saat rombongan kiai sowan kepada Maulana Habib Luthfi Bin Yahya Pekalongan. Mereka hendak menanyakan hal yang sama terkait hukum merokok. Mereka terdiam ketika Habib Luthfi telah hadir di antara mereka. Dan belum sempat pertanyaan diutarakan, sang Habib yang duduk di hadapan mereka, tiba-tiba menyalakan sebatang rokok dan dihisapnya dengan santai tanpa berbicara sedikitpun.

Karena telah paham dengan isyarat tersebut, para kiai pun tak jadi menyampaikan pertanyaan. Mereka semua taslim (tunduk dan menerima) atas isyarat yang diberikan sang Habib dan cukuplah sebagai jawaban.

Kedua kisah di atas berasal dari KH Mujib Hasyim bin KH. Hasyim Jamhari, Pengasuh Ponpes Dzikrul Ghofilin al-Hasyimiyah Danawarih Balapulang Tegal Jawa Tengah.

Posting Komentar