RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari, Warisan Perjuangan Sang Revolusioner

Daftar Isi

Baca kisah inspiratif RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari Palu, warisan perjuangan sang revolusioner yang berani menantang hegemoni WHO dan membela Indonesia.

Dia adalah wanita yang berani menantang kekuasaan WHO (World Health Organization) dalam hal kesehatan global. Dia adalah wanita yang dijuluki sebagai tokoh revolusi oleh media Barat. Dia adalah wanita yang mendapat tempat istimewa di majalah ‘’The Economist’’ London sebagai pelopor revolusi dalam mengatasi penyakit pandemik.

Namanya adalah dr Siti Fadilah Supari. Mantan Menteri Kesehatan Indonesia.

Siti Fadilah Supari memang berani. Dia tidak mau tunduk pada hegemoni WHO yang menguasai distribusi virus dan vaksin. Dia menuntut adanya transparansi dan keadilan dalam hal tersebut. Dan dia berhasil. Namun sayangnya, dia harus menghadapi hukuman di negerinya sendiri. Dia dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Sungguh ironis.

Namun perjuangan Siti Fadilah Supari tidak sia-sia. Dia telah membuktikan bahwa Indonesia bisa berdaulat dalam bidang kesehatan. Dia telah menginspirasi banyak orang untuk berani membela kepentingan bangsa dan negara. Dan dia telah mendapat pengakuan dari salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah.

PP Muhammadiyah memberikan penghormatan kepada Siti Fadilah Supari dengan memberikan nama beliau kepada salah satu rumah sakit PKU Muhammadiyah di Palu, Sulawesi Tengah.

Saya berkesempatan mengunjungi RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari Palu, awal pekan lalu. Ini adalah kunjungan saya yang keempat dalam empat bulan terakhir.

Pada kunjungan pertama, saya hanya melihat sebuah klinik kecil di tengah lahan seluas 2.000 Meter persegi. Nama RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari hanya terpampang pada spanduk di pagar halaman.

Tapi jangan salah, klinik kecil itu ternyata sangat berperan penting dalam penanganan bencana besar yang melanda Palu, Sigi Biromaru dan Donggala pada 28 September 2018 lalu. Ketika banyak fasilitas kesehatan di Palu rusak, klinik ini menjadi satu-satunya pusat pelayanan kesehatan yang tetap buka 24 jam.

Di klinik inilah, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Lazismu membuka pusat bantuan dan pelayanan untuk para korban. Dari klinik ini pula tim medis MDMC mengoperasikan dua Puskesmas yang tidak berfungsi karena terkena bencana.

Setelah keadaan sudah membaik, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nasir pun melakukan peletakan batu pertama pembangunan RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari.

Klinik kecil itu ternyata menarik perhatian lembaga sosial dari Amerika Serikat. Lembaga tersebut pun mengirimkan donasi untuk pembangunan gedung. Sedangkan peralatan medis disumbangkan oleh lembaga sosial dari Australia.

Dari dalam negeri, masyarakat menyumbangkan dana untuk rumah sakit melalui Lazismu. Dana itu akan digunakan untuk mengoperasikan rumah sakit ketika sudah siap. Dan itu tidak akan lama lagi.

Tidak akan lama lagi? Benar sekali. Tahun ini RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari Palu akan beroperasi. Pekan lalu, pembangunan fisiknya sudah mencapai 40 persen. Seluruh rangka bangunan berlantai dua itu sudah selesai. Pengecoran lantai atas pun sudah dimulai.

Bangunan berlantai dua itu berada di bagian depan. Di belakangnya ada dua bangunan lagi. Bangunan klinik yang sekarang masih beroperasi dan bangunan gudang peralatan medis di bagian tengah. Di belakang sedang dibangun instalasi pengolahan limbah dan fasilitas pendukung rumah sakit seperti laboratorium dan kantor manajemen.

Saya yakin warga Palu akan sangat bersyukur dengan rumah sakit bernilai Rp 21 miliar itu ketika pembangunaannya sudah selesai. Sayang sekali, Siti Fadilah Supari tidak bisa menyaksikannya. Dia hanya hadir lewat namanya saja.(jto)

(Artikel ini ditulis ulang dari tulisan Joko Intarto)

Posting Komentar