cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Panduan Lengkap BerWudhu Sesuai Al-Quran dan Hadits

Ingin tahu cara wudhu yang benar dan sesuai dengan syariat Islam? Simak panduan lengkap wudhu yang kami sajikan berdasarkan dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits.

Wudhu adalah salah satu syarat untuk melaksanakan ibadah shalat. Wudhu merupakan cara membersihkan diri dari hadats, yaitu sesuatu yang menghalangi seseorang untuk beribadah. Wudhu juga merupakan bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yang telah memerintahkan kita untuk bersuci sebelum shalat.

Namun, apakah kita sudah benar-benar tahu bagaimana cara wudhu yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadits? Apa saja rukun-rukun atau fardhu wudhu yang harus kita penuhi? Bagaimana cara menghadapi permasalahan yang mungkin terjadi saat wudhu?

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap dan jelas tentang panduan wudhu yang benar. Kita akan mengacu pada dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits, serta pendapat para ulama. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.

Rukun-rukun atau Fardhu Wudhu

Rukun atau fardhu wudhu adalah hal-hal yang harus dilakukan saat wudhu agar wudhu kita sah dan diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Jika kita meninggalkan salah satu rukun wudhu, maka wudhu kita tidak sah dan harus diulangi.

Rukun atau fardhu wudhu ada enam, yaitu:

1. Niat.

Niat adalah menyatakan dalam hati bahwa kita ingin wudhu untuk menghilangkan hadats, bersuci, atau melaksanakan shalat. Niat harus dilakukan sebelum membasuh bagian tubuh yang pertama, yaitu wajah. Niat adalah bagian terpenting dari wudhu, karena niat membedakan antara ibadah dan kebiasaan.

2. Membasuh wajah.

Wajah adalah bagian tubuh yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Wajah juga merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena kotoran dan debu. Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kita untuk membersihkan wajah saat wudhu.

    Batas panjang wajah adalah dari tempat tumbuhnya rambut di atas dahi sampai ujung dagu. Batas lebar wajah adalah dari telinga kanan sampai telinga kiri. Kita harus membasuh seluruh wajah dengan air bersih, termasuk bulu-bulu yang ada di wajah, seperti alis, bulu mata, dan kumis.

    Jika kita memiliki jenggot atau jambang yang tebal, yaitu tidak terlihat kulit di bawahnya, maka kita hanya perlu membasuh bagian luar jenggot atau jambang saja. Namun, jika kita memiliki jenggot atau jambang yang tipis, yaitu terlihat kulit di bawahnya, maka kita harus membasuh bagian dalam jenggot atau jambang juga.

    Sebagai sunnah, kita disarankan untuk menyela-nyelai jenggot atau jambang dengan tangan kanan dari arah bawah ke atas saat membasuhnya. Hal ini bertujuan untuk membersihkan kotoran yang mungkin terselip di antara bulu-bulu tersebut.

3. Membasuh kedua tangan hingga kedua siku.

Tangan adalah bagian tubuh yang paling sering digunakan untuk beraktivitas sehari-hari. Tangan juga merupakan bagian tubuh yang paling sering menyentuh benda-benda lain, baik yang bersih maupun yang najis. Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kita untuk membersihkan tangan saat wudhu.

    Batas panjang tangan adalah dari ujung jari-jari sampai siku. Siku adalah tulang yang menonjol di antara lengan atas dan lengan bawah. Kita harus membasuh seluruh tangan dengan air bersih, termasuk sela-sela jari-jari dan kuku-kuku.

    Sebagai sunnah, kita disarankan untuk menggosok-gosok tangan dengan tangan yang lain saat membasuhnya. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin menempel di permukaan tangan.

    Kita juga harus membasuh sebagian lengan atas saat membasuh tangan. Hal ini berdasarkan kaidah fiqih yang menyatakan bahwa perkara yang menyempurnakan hal yang wajib hukumnya juga wajib. Dengan membasuh sebagian lengan atas, kita bisa memastikan bahwa seluruh tangan telah terbasuh dengan sempurna.

4. Mengusap sebagian kepala.

Kepala adalah bagian tubuh yang paling mulia dan paling penting. Kepala adalah tempat bersemayamnya akal dan pikiran. Kepala juga merupakan tempat bersemayamnya roh dan nyawa. Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kita untuk mengusap kepala saat wudhu.

    Batas panjang kepala adalah dari tempat tumbuhnya rambut di atas dahi sampai tempat tumbuhnya rambut di belakang kepala. Batas lebar kepala adalah dari telinga kanan sampai telinga kiri. Kita harus mengusap sebagian kepala dengan tangan yang basah, baik kulit maupun rambut.

    Jika kita memiliki rambut yang panjang, maka kita harus mengusap rambut yang paling dekat dengan kulit kepala. Jika kita memiliki rambut yang pendek, maka kita harus mengusap seluruh rambut yang ada di kepala. Jika kita tidak memiliki rambut sama sekali, maka kita harus mengusap kulit kepala saja.

    Sebagai sunnah, kita disarankan untuk mengusap kepala dengan cara memulai dari depan ke belakang, kemudian kembali lagi ke depan. Hal ini bertujuan untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, yang mengusap kepala dengan cara tersebut.

5. Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki.

Kaki adalah bagian tubuh yang paling sering digunakan untuk berjalan dan bergerak. Kaki juga merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena debu dan kotoran dari tanah. Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kita untuk membersihkan kaki saat wudhu.

    Batas panjang kaki adalah dari ujung jari-jari sampai mata kaki. Mata kaki adalah tulang yang menonjol di antara telapak kaki dan betis. Kita harus membasuh seluruh kaki dengan air bersih, termasuk sela-sela jari-jari dan kuku-kuku.

    Sebagai sunnah, kita disarankan untuk menggosok-gosok kaki dengan tangan yang lain saat membasuhnya. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin menempel di permukaan kaki.

    Kita juga harus membasuh sebagian betis saat membasuh kaki. Hal ini berdasarkan kaidah fiqih yang menyatakan bahwa perkara yang menyempurnakan hal yang wajib hukumnya juga wajib. Dengan membasuh sebagian betis, kita bisa memastikan bahwa seluruh kaki telah terbasuh dengan sempurna.

6. Tertib.

Tertib adalah melakukan wudhu dengan urutan yang benar dan tidak meninggalkan bagian tubuh yang harus dibasuh atau diusap. Tertib adalah salah satu syarat sahnya wudhu, karena tertib menunjukkan kesungguhan dan kepatuhan kita dalam berwudhu.

    Urutan tertib wudhu adalah sebagai berikut:

  • Niat
  • Membasuh wajah
  • Membasuh tangan kanan hingga siku
  • Membasuh tangan kiri hingga siku
  • Mengusap sebagian kepala
  • Membasuh kaki kanan hingga mata kaki
  • Membasuh kaki kiri hingga mata kaki

    Urutan tertib wudhu ini sesuai dengan ayat Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, serta pendapat para ulama ahli fiqih.

Permasalahan yang Mungkin Terjadi Saat Wudhu

Dalam berwudhu, kita mungkin menghadapi beberapa permasalahan yang membuat kita bingung atau ragu apakah wudhu kita sah atau tidak. Misalnya, bagaimana jika kita lupa urutan tertib wudhu? Bagaimana jika kita memiliki luka atau perban di bagian tubuh yang harus dibasuh atau diusap? Bagaimana jika kita menyelam di air dengan niat wudhu?

Dalam hal ini, kita harus mengetahui hukum-hukum dan solusi-solusi yang sesuai dengan syariat Islam. Kita harus mengikuti dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits, serta pendapat para ulama yang ahli dalam bidang fiqih. Berikut adalah beberapa permasalahan yang mungkin terjadi saat wudhu beserta penjelasannya:

1. Lupa urutan tertib wudhu.

Jika kita lupa urutan tertib wudhu dan menyadari kesalahan kita sebelum selesai berwudhu, maka kita harus mengulangi bagian tubuh yang terlewatkan dan bagian tubuh yang sesudahnya. Misalnya, jika kita lupa membasuh tangan kanan setelah membasuh wajah, dan baru ingat setelah membasuh tangan kiri, maka kita harus mengulangi membasuh tangan kanan dan tangan kiri.

    Jika kita lupa urutan tertib wudhu dan menyadari kesalahan kita setelah selesai berwudhu, maka ada dua pendapat ulama tentang hukum wudhu kita:

    - Pendapat pertama: Wudhu kita sah, karena yang penting adalah membasuh atau mengusap seluruh bagian tubuh yang wajib, tanpa memperhatikan urutannya. Pendapat ini didasarkan pada Hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam:

        > Dari Abdullah bin Zaid Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Wudhu itu adalah membasuh muka, kedua tangan sampai siku, mengusap kepala dan kedua kaki sampai mata kaki." (HR. Muslim)

        Dalam hadits ini, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam tidak menyebutkan urutan tertib wudhu secara eksplisit, melainkan hanya menyebutkan bagian-bagian tubuh yang harus dibasuh atau diusap.

    - Pendapat kedua: Wudhu kita tidak sah, karena tertib adalah salah satu syarat sahnya wudhu. Pendapat ini didasarkan pada ayat Al-Quran:

 يا أيها الذين آمنوا إذا قمتم إلى الصلاة فاغسلوا وجوهكم وأيديكم إلى المرافق وامسحوا برءوسكم وأرجلكم إلى الكعبين

        "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah Kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki." (QS Almaidah : 6)

        Dalam ayat ini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutkan urutan tertib wudhu secara implisit, yaitu dimulai dari membasuh wajah, kemudian tangan, kemudian mengusap kepala, dan terakhir membasuh kaki.

    Dari dua pendapat ini, pendapat yang lebih kuat adalah pendapat kedua, karena lebih sesuai dengan dalil Al-Quran. Oleh karena itu, jika kita lupa urutan tertib wudhu dan menyadari kesalahan kita setelah selesai berwudhu, maka kita harus mengulangi wudhu dari awal.

2. Memiliki luka atau perban di bagian tubuh yang harus dibasuh atau diusap.

Jika kita memiliki luka atau perban di bagian tubuh yang harus dibasuh atau diusap saat wudhu, maka ada dua kemungkinan:

    - Kemungkinan pertama: Luka atau perban tersebut bisa dibuka dan dibasuh atau diusap tanpa menimbulkan rasa sakit atau bahaya. Dalam hal ini, kita harus membuka luka atau perban tersebut dan membasuh atau mengusap bagian tubuh yang terluka dengan air bersih. Hal ini berdasarkan Hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam:

        > Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyentuh air." (HR. Bukhari dan Muslim)

        Dalam hadits ini, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menegaskan bahwa wudhu harus dilakukan dengan menggunakan air, dan tidak boleh meninggalkan bagian tubuh yang wajib dibasuh atau diusap.

    - Kemungkinan kedua: Luka atau perban tersebut tidak bisa dibuka atau dibasuh atau diusap karena akan menimbulkan rasa sakit atau bahaya. Dalam hal ini, kita tidak perlu membuka luka atau perban tersebut, melainkan cukup mengusap bagian luar luka atau perban dengan tangan yang basah. Hal ini berdasarkan Hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam:

        > Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengusap atas khuf (sepatu kulit) dan perban. (HR. Bukhari dan Muslim)

        Dalam hadits ini, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam memberi keringanan bagi orang yang memiliki luka atau perban di bagian tubuh yang harus dibasuh atau diusap saat wudhu, yaitu dengan mengusap bagian luar luka atau perban saja.

3. Menyelam di air dengan niat wudhu.

Jika kita menyelam di air yang suci dan bersih dengan niat wudhu, maka ada dua pendapat ulama tentang hukum wudhu kita:

    - Pendapat pertama: Wudhu kita sah, karena seluruh bagian tubuh yang wajib dibasuh atau diusap telah terkena air secara sempurna. Pendapat ini didasarkan pada Hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam:

        > Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Air adalah sumber bersuci, tidak ada yang dapat menajiskannya." (HR. Abu Dawud)

        Dalam hadits ini, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menegaskan bahwa air adalah sumber bersuci yang utama, dan tidak ada yang dapat menajiskannya selama masih memiliki sifat-sifat air. Oleh karena itu, jika kita menyelam di air yang suci dan bersih dengan niat wudhu, maka wudhu kita sah.

    - Pendapat kedua: Wudhu kita tidak sah, karena tertib adalah salah satu syarat sahnya wudhu. Pendapat ini didasarkan pada ayat Al-Quran: 

يا أيها الذين آمنوا إذا قمتم إلى الصلاة فاغسلوا وجوهكم وأيديكم إلى المرافق وامسحوا برءوسكم وأرجلكم إلى الكعبين

        "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah Kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki." (QS Almaidah : 6)

        Dalam ayat ini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutkan urutan tertib wudhu secara implisit, yaitu dimulai dari membasuh wajah, kemudian tangan, kemudian mengusap kepala, dan terakhir membasuh kaki. Oleh karena itu, jika kita menyelam di air dengan niat wudhu tanpa memperhatikan urutan tertib wudhu, maka wudhu kita tidak sah.

Dari dua pendapat ini, pendapat yang lebih kuat adalah pendapat pertama, karena lebih sesuai dengan kenyataan bahwa seluruh bagian tubuh yang wajib dibasuh atau diusap telah terkena air secara sempurna saat menyelam. Namun, untuk lebih berhati-hati, kita disarankan untuk tetap memperhatikan urutan tertib wudhu saat menyelam, dengan cara menggerakkan tangan kita ke bagian tubuh yang bersangkutan. Hal ini bertujuan untuk memperkuat niat dan kesadaran kita dalam berwudhu.

Demikianlah panduan lengkap wudhu sesuai Al-Quran dan Hadits yang bisa kita pelajari dan praktikkan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua dan menjadikan kita lebih taat dan dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Aamiin.

Posting Komentar

Posting Komentar

close