cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Awal Mula Perayaan Maulid Nabi Secara Meriah (Prof Quraish Shihab)

Menurut penjelasan Prof Quraish Shihab, perayaan Maulid Nabi dengan cara meriah baru dilaksanakan pada zaman Dinasti Abbasiyah. Khususnya pada masa kekhalifahan Al-Hakim Billah.

Saat itu sang kholifah merayakan Maulid (Nabi) dengan keluar bersama permaisurinya. Dengan pakaian yang indah. Sejak saat itu perayaan Maulid Nabi diselenggarakan hingga hari ini dengan cara yang berbeda-beda.

Di Mesir misalnya, Maulid Nabi dirayakan dengan membuat boneka dari manisan. Dinamai Araisil Maulid (Arouset El-Moulid). Di situ digambarkan ada permaisuri dengan pakaian putihnya. Ada khalifah dengan naik kuda.

Hal itu dilakukan sebagai bentuk syukur dan mendidik anak-anak agar cinta kepada Nabi Muhammad saw.

Peringatan dan perayaan Maulid Nabi berkembang hingga hari ini. Antara komunitas Muslim di satu tempat dengan yang lainnya berbeda dalam merayakan Maulid Nabi. Di Sulawesi Selatan misalnya. Maulid Nabi dirayakan dengan membuat lampu-lampu dari simpron kemudian dihias dengan aneka aksesoris.

Memang Allah memperintahkan ‘qul wabifadlillahi wabirohmati fabidzalika falyafrahu wa khairum mimma yajma’un.’ Berkat rahmat Allah, berkat anugerah Allah hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik.

Ini yang dijadikan dasar dan dalil para ulama untuk merayakan Maulid (Nabi).

Menyikapi perkembangan perayaan Maulid Nabi

Menurut Prof Quraish, perkembangan perayaan Maulid Nabi ada yang positif dan ada juga yang negatif. Perkembangan yang baik harus diterima. Sementara yang negatif harus ditolak. Di Mesir pun ada acara nyanyi-nyanyian, tari-tarian yang tidak dibenarkan.

Beliau menegaskan, inti dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk memperkenalkan Nabi Muhammad saw. Kenal adalah pintu untuk mencintai. Sehingga dengan mengenal Nabi Muhammad saw, maka umat Muslim kini bisa mencintainya.

“Karena itu menjadi wajib kita mengenal beliau (Nabi Muhammad saw). Apa artinya kita disuruh bersyahadat. Anda berkata ‘saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad rasul.’ Kenal gak (dengan) Nabi Muhammad. Saksi anda saksi bohong gak kenal dia. Maka kita ingin memperkenalkannya,” paparnya.

Meski demikian, Prof Quraish juga mengkritik perayaan Maulid Nabi yang berlebih-lebihan. Seperti membuat acara makan besar-besaran yang juga menghabiskan dana besar, sementara lingkungannya membutuhkan infrastruktur pemberdayaan seperti poliklinik, taman baca, dan lain sebagainya.

“Itu lebih baik dari pada kita habiskan uang untuk merayakan. Kita punya perayaan maulid saat ini, kita memperkenalkan Nabi Muhammad saw.,” paparnya.

Sumber : nu.or.id
Posting Komentar

Posting Komentar

close