Menghidupkan Sunnah di Bulan Ramadhan: Pelajaran dari Imam Malik RA

Daftar Isi
Illustrasi
"Temukan hikmah Ramadhan ala Imam Malik RA; sebuah bulan penuh Al-Qur'an, ibadah, dan tradisi ulama salaf."

Meneladani Kebijaksanaan Seorang Ulama Besar

Ramadhan, bulan yang penuh berkah, telah tiba. Umat Islam di seluruh dunia menyambutnya dengan antusias, namun bagaimana seorang ulama besar seperti Imam Malik RA menghabiskan bulan suci ini? Mari kita telusuri kebijaksanaan dan praktik beliau yang mungkin telah terlupakan oleh banyak orang di zaman modern ini.

Mengutamakan Al-Qur'an di Atas Segalanya

Ibnu Abdil Hakim, seorang murid Imam Malik, mengungkapkan bahwa gurunya itu memiliki cara unik dalam mengisi hari-harinya selama Ramadhan. "Ketika Ramadhan tiba, Imam Malik mengesampingkan segala aktivitas mengajar hadits dan diskusi ilmiah," ujarnya. Ini bukan karena beliau meremehkan kegiatan tersebut, melainkan karena ada sesuatu yang lebih utama di bulan Ramadhan.

Fokus pada Kalam Ilahi

Imam Malik, yang juga merupakan guru dari Imam Syafi'i RA, memilih untuk menghabiskan waktu dengan membaca Al-Qur'an dari mushaf. Meskipun beliau hafal Al-Qur'an, ini adalah bentuk penghormatan dan pencapaian keutamaan yang lebih tinggi. Imam Az-Zuhri, seorang ahli hadits, menjelaskan bahwa esensi Ramadhan adalah membaca Al-Qur'an dan memberi makan kepada yang membutuhkan.

Tradisi Ulama Salaf dan Kontrasnya dengan Zaman Sekarang

Perbandingan antara tradisi ulama salaf shalih dan praktik umat Islam saat ini sangat mencolok. Di masa lalu, bulan Ramadhan diisi dengan ketenangan dan ibadah untuk mencapai keutamaan spiritual. Namun, kini Ramadhan sering kali dijadikan kesempatan untuk mudik lebaran yang melelahkan, sebuah kontras yang menarik untuk direnungkan.

Melalui artikel ini, kita diajak untuk merenung dan mungkin kembali kepada esensi Ramadhan yang sesungguhnya; sebuah bulan untuk introspeksi, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menghidupkan sunnah-sunnah yang mulia.